Jumat, 05 Mei 2017

NITISASTRA



NITI SASTRA
DALAM KEHIDUPAN BERNEGARA
Mata Kuliah Niti Sastra I
Dosen : Drs. Marsono, M.Pd.H



I Made Agus Sukara                         (14.1.1.1.1.113)
I Nyoman Alit                                    (14.1.1.1.1.115)
PAH / S.1 / V / B2 Denpasar
Oleh :




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA HINDU
FAKULTAS DHARMA ACARYA
INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI DENPASAR
2016

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,
          Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, atas asung kerta wara nugrahaNya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Niti Sastra Dalam Kehidupan Bernegara
            Makalah ini dibuat karena adanya tugas mata kuliah Niti Sastra I yang diberikan kepada penulis untuk mengetahui bagaimana Ajaran Niti Sastra bila dikaitkan dengan kehidupan bernegara
            Oleh karena itu harapan penulis, makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dalam upaya meningkatkan ilmu dan mengetahui Ajaran Niti Sastra dalam kehidupan bernegara. Makalah ini masih banyak memerlukan perbaikan dan penyempurnaan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan  makalah ini, agar dapat bermanfaat di kemudian hari. Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih.
Om Santih, Santih, Santih Om





Denpasar, 02 Nopember 2016

                                                                                                        Penulis 
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1 Latar  Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................... 3
1.3 Tujuan Masalah............................................................................................... 3
BAB II  PEMBAHASAN.................................................................................... 4
2.1  Konsep Niti Sastra dalam Kehidupan Bernegara........................................... 4
2.2  Ajaran Niti Sastra dalam kehidupan Bernegara........................................      6
BAB III PENUTUP............................................................................................. 12
3.1 Kesimpulan...................................................................................................... 12
3.2 Saran................................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Nitisastra merupakan ajaran pemimpin,yang juga diartikan ilmu yang bertujuan untuk membangun suatu megara baik dari segi tata negara,tata pemerintahan maupun tata masyarakatnya. Sehubungan dengan pembangunan negara,pemerintahan dan masyarakat berdasarkan Nitisastra,ajaran agama Hindu dapat memberikan nilai-nilai morildari wujud pembangunan tersebut. Dalam hal ini Nitisastra dapat berarti suatu konsepsi penataan pemerintahan dan pembangunan negara secara umum yang bersifat universal dan teoritis, namun memiliki nilai-nilai praktis.
Nitisastra memiliki peran dan fungsi yang sangat penting bagi umat manusiauntuk memantapkan pengalaman hidup berbangsa dan bernegara,seperti NKRI yang berlandaskan pancasila. Nitisastra mengajarkan umatnya untuk selalu ikut serta dalam pembinaan negara dan bertanggung jawab dalam mewujudkan keselamatan negara dan tujuan negara. Nitisastra dapat juga dipergunakan untuk membuat rumus kembali, mengakulturasi suatu konsep dengan konsep yang lainya sehingga memperoleh suatu konsep baru yang mengantarkan untuk berpandangan jauh kedepan. Berbuat dan berpikir tentang keselamatan negara dimasa lampau,sekarang dan yang akan datang merupakan bukti umat hindu peduli melaksanakan dharma agama. Negara adalah wadah bagi setiap pemimpin untuk melaksanakan kepemimpinanya. Sehubungan dengan keberadaan negara,pemimpin dan kepemimpinan, didalam kitab Manawa Dharmasastra kita temukan petunjuk sebagai berikut :
Brahman praptena samskaram ksatriyena yatha widhi, sarwasyasya yathanyayan kartawyam pariraksanam
                                                                        (Manawa Dharmasastra, VII.3)

Terjemahannya :
Ksatria (Pemimpin) yang telah menerima sakramen menurut Weda, berkewajiban melindungi seluruh dunia dengan sebaik-baiknya.
Agama Hindu tidak memebenarkan seorang pemimpin negara mwnjadikan kesibukan sebagai alasan untuk tidak memberikan perhatian pada pembinaan pribadinya secara fisik atau mental,dan juga terhadap keluaganya.Seperti contoh dalam karya sastra kekawin Ramayana mengisahkan seorang raja termasyur yang bernama “Sang Dasaratha”. Di dalam kekawin Ramayana, I.3 menyebutkan sebagai berikut :
“Guna manta Sang Dasaratha wruh sira ring weda bhaktiring dewa,tar malupeng pitra puja,masih ta sireng swagotra kabeh”.
Terjemahannya :
Sangat utama beliau Sang Dasaratha, Sri Baginda ahli weda (ilmu pengetahuan)
Dan sujud bhakti kehadapan Ida Sang Hyang Widhi,tidaklahlupa beliau melaksanakan pemujaan terhadap leluhurnya, Sri Baginda sangat mencintai keluarganya dan masyarakatnya.
Di dalam Kitab suci Weda menyebutkan sebagai berikut :
“Sweswe dharma niwistanam sarwesamapurwacah,warnananmasramanam ca raja srsto,bhiraksita”    (Manawa Dharma Sastra,VII.35) yang artinya Raja (pemimpin) telah diciptakan untuk melindungi warna dan aturanya yang semuanya itu menurut tingkat kedudukan mereka melaksanakan tugas-tugas kewajiban mereka. Berdasarkan uraian diatas maka kami membahas “Niti Sastra dalam kehidupan Bernegara”.








1.2  Rumusan Masalah
1.2.1        Bagaimana konsep ajaran Niti Sastra dalam kehidupan bernegara ?
1.2.2        Bagaimana ajaran Niti Sastra jika dikaitkan dengan kehidupan bernegara ?

1.3  Tujuan Masalah
1.3.1        Untuk mengetahui konsep ajaran Niti Sastra dalam kehidupan bernegara
1.3.2        Untuk mengetahui ajaran Niti Sastra jika dikaitkan dengan kehidupan bernegara.























BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Konsep Niti Sastra Dalam Kehidupan Bernegara
            Pengertian Nitisastra secara luas yaitu Ilmu yang bertujuan untuk membangun suatu negara baik dari segi tata negaranya maupun dari segi tata pemerintahan dari tata kemasyarakatannya. Dalam pembangunan Negara, pemerintah dan masyarakat ini Nitisastra meletakkan nilai-nilai moral Agama Hindu sebagai landasannya. Dalam hal ini Nitisastra bukan berarti Ilmu pemerintahan suatu negara Hindu tertentu. Karena itu Nitisastra dalam pengertian yang lebih luas ini adalah suatu konsepsi penataan dan pembangunan negara umum yang berlaku secara universal dan teoritis, namun mengandung nilai-nilai praktis. Disamping itu Nitisastra juga mengandung ajaran-ajaran kepemimpinan yang juga bersifat umum dan universal. Sesungguhnya setiap orang adalah pemimpin. Minimal pemimpin bagi dirinya sendiri karena dalam diri kita sendiri sangat membutuhkan pimpinan karena kita punya dasa indria yang perlu kita pimpin. Oleh karena itu Nitisastra bukanlah sesungguhnya ilmu yang diuntukkan bagi para pemimpin negara dan pemerintahan saja, tetapi Nitisastra adalah suatu ilmu yang diperuntukkan bagi setiap umat Hindu di Indonesia. Nitisastra sangat penting untuk ikut memantapkan pengalaman kehidupan bernegara yang berdasarkan Pancasila.
Nitisastra mengajarkan ketaatan warga negara pada hukum dan kebijaksanaan negara. Di samping itu Nitisastra juga mengajarkan warga negara agar selalu ikut serta dalam pembinaan negara.
Nitisastra sebagai ilmu pemerintahan yang berorientasi pada agama Hindu memiliki suatu strategi pokok yaitu ikut membuna umat Hnidu menjadi warga negara yang taat dan bertanggung jawab pada keselamatan negara untuk mencapai cita-citanya.
Nitisastra juga berfungsi merumuskan kembali dan sekaligus mengkulturisasi satu konsepsi dengan konsepsi lainnya sehingga nantinya kita akan memperoleh konsepsi baru yang berakar sangat dalam dan juga berpandangan jauh ke depan (tri semaya).
Kita akan lebih dapat memahami Nitisastra ini apabila kita dibantu oleh ilmu-ilmu lainnya misalnya ilmu tata negara, ilmu sejarah, ilmu manajemen, ilmu hukum dan ilmu-ilmu lainnya yang erat hubungannya dengan kehidupan ke tata negaraan dan ke tata masyarakatan.
2.1.1 Niti Sastra sebagai Ilmu Politik

Menurut Drs. I Gusti Made Ngurah dalam bukunya yang berjudul “Buku Pendidikan Agama Hindu Untuk Perguruan Tinggi” (1998 : 193 – 194) kata Niti berarti kebijaksanaan duniawi, etika sosial politik, tuntunan dan ilmu pengetahuan tentang negara atau ilmu politik berdasarkan ajaran Agama Hindu. Dalam pengertiannya yang lebih luas, kata Niti sastra diartikan sebagai ilmu yang bertujuan untuk membngun suatu negara, baik dari segi tata negara, tata pemerintahan maupuntata kemasyarakatan. Niti Sastra lalu diberi makna sebagai konsep penataan pemerintahan dan pembangunan negara pada umumnya. Niti Sastra juga mengajarkan kepatuhan warga negara terhadap hukum dan kebijaksanaan pemerintah, dengan kata lain mengajarkan warganya untuk selalu ikut dalam pembinaan negara. Dalam hal ini Niti Sastra ikut membina masyarakat untuk menjadi warga negara yang patuh dan bertanggung jawab dalam mewujudkan keselamatan negara, mematuhi undang-undang dan berbagai ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai wujud pelaksanaan ajaran Dharma Negara. Dalam hal ini pemerintah dan masyarakat meletakkan nilai-nilai moral ajaran Agama Hindusebagai landasannya. Niti Sastra mengajarkan masyarakat tentang hukum dan kebijaksanaan negara, menanamkan jiwa patriotisme dan kesadaran untuk membela negara.


2.2 Ajaran Niti Sastra Dalam Kehidupan Bernegara
2.2.1 Ajaran Dharma Negara
            Dharma Negara dalam pengertian ini adalah kewajiban umat Hindu terhadap negaranya yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ini dapat kita buktikan bahwa Sastra-sastra Hnidu dikenal adanya ajaran Catur Guru Bhakti yang mengajarkan untuk selalu berbakti kepada empat Guru. Salah satu dari catur guru itu adalah kewajiban untuk berbakti kepada Guru Wisesa artinya berbakti kepada pemerintah.
Berbakti kepada pemerintah di samping taat pada peraturan-peraturan dan kebijaksanaannya juga ikut menyumbangkan pemikiran-pemikiran atau apa saja yang baik untuk mensukseskan tujuan pemerintah.
Guru Wisesa Bhakti tidak berarti semata-mata taat pada perintah-perintah atasan, tetapi di sini berarti ikut aktif menyampaikan aspirasi masyarakat kepada pemerintah dan sekaligus membantu pemerintah sesuai dengan keadaan dan kemampuan masing-masing.
Berbakti kepada Guru Wisesa di sini juga dimaksudkan menanamkan kesadaran pada masyarakat akan pentingnya ada pemerintah yang bersih, kuat dan berwibawa untuk melindungi masyarakat.
Dalam Manawa Dharmasastra bab VII, 2 dan 3 ada disebutkan pentingnya ada negara dan pemerintah untuk melindungi rakyat. Manawa Dharmasastra itu berbunyi sebagai berikut :
Brahmapraptena samskaramk satriyena yata widhi, sarwasyasya yathanyayam kartawyam pariraksanam.
                                                                        ( Manawa Dharmasastra VII.2 )


Terjemahannya :
Ksatriya yang telah menerima sakramen menurut Weda, berkewajiban melindungi seluruh dunia sebaik-baiknya.
Arajake hi loke'smin sarwato widrute bhayat, raksarthamasya sarwasya rajanamasrjat prabhuh.
                                                                        ( Manawa Dharmasastra VII.3 )
Terjemahannya :
Karena, kalau orang-orang ini tanpa raja akan terusir, tersebuar keseluruh penjuru oleh rasa takut. Tuhan telah menciptakan raja untuk melindungi seluruh ciptaannya.
2.2.2 Pemimpin dan Kepemimpinan
Sejarah telah cukup membuktikan bahwa perjalanan hidup suatu masyarakat, bangsa atau negara sebenarnya berkisar pada sejarah pemimpin-pemimpinnya. Peranan pemimpin sangat menentukan arah dan jalannya kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang dipimpinnya. Kepemimpinan mereka mempengaruhi maju mundurnya suatu masyarakat, bangsa dan negara. Pemimpin dan kepemimpinan menduduki tempat yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Tanpa kepemimpinan, seorang pemimpin yang berwibawa, sulit dibayangkan suatu masyarakat, bangsa dan negara bisa bergerak maju menuju cita-citanya.
Apakah Pemimpin dan Kepemimpinan itu?
Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kemampuan untuk menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu atau tujuan bersama.
Kepemimpinan adalah suatu seni untuk menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu atau tujuan bersama.
Seorang pemimpin formal atau informal, besar maupun kecil melaksanakan kepemimpinan yang berbeda-beda derajat, bobot daerah jangkauan maupun sasaran yang hendak diwujudkannya. Tetapi suatu yang pasti adalah; pemimpin dan kepemimpinan selalu dikaitkan dengan tujuan yang hendak dicapai. Sebab pemimpin tanpa tujuan tidak ada artinya.
Selain terikat dengan tujuan yang hendak dicapai, maka kepemimpinan tak dapat dilepaskan dengan masyarakat yang dipimpin. Tanpa masyarakat seorang pemimpin tak mempunyai fungsi, kehadirannya tak mempunyai arti. Adalah menjadi tugas seorang pemimpin untuk mengetahui apa yang benar-benar yang menjadi keinginan dan harapan masyarakat yang dipimpinnya. Mereka harus mampu mengadakan pendekatan yang menyentuh akal dan juga menyentuh hati masyarakatnya. Sebab dengan pendekatan yang demikian seorang pemimpin akan mampu merebut simpati masyarakat yang dipimpinnya. Hal itu memberikan bobot kepada kepemimpinannya dan sekaligus mempermudah memberikan motivasi yang kuat dan meyakinkan masyarakat untuk berbuat.
Kepemimpinan seorang pemimpin diharapkan mampu mengilhami masyarakatnya dan sekaligus memberikan daya gerak yang kuat untuk mencapai tujuan.
Pada jaman modern ini di mana ilmu dan teknologi berkembang pesat, menuntut kepeminpinan yang cocok untuk menjawab tantangan zaman. Kepemimpinan modern yang demikian dapat diartikan sebagai kepemimpinan yang mutakhir yaitu kepemimpinan yang menerapkan pengetahuan ilmiah dan ketrampilan teknis untuk menggerakkan masyarakat atau bangsa yang dipimpinnya, agar dapat berkembang menuju cita-citanya dalam dunia teknologi yang maju. Atau dengan kata lain kepemimpinan modern merupakan kepemimpinan yang menerapkan pengetahuan ilmiah dan teknologi maju. Di sini unsur-unsur rationalisme dan efisiensi merupakan ciri-cirinya yang pokok dengan tidak mengabaikan pentingnya pendekatan manusiawi, karena yang dipimpin adalah manusia.
Dalam zaman modern sekarang ini diperlukan kepemimpinan yang mampu melahirkan gagasan-gagasan pembaharuan, dan mampu pula melahirkan karya-karya yang bermanfaat untuk mewujudkan cita-cita masyarakatnya dengan mengerahkan segenap sumber daya yang ada secara efektif dan efisien.
Tugas dan Wewenang Pemimpin.
Tugas pemimpin meliputi dua bidang utama yaitu:
  1. Menyangkut pekerjaan yang harus diselesaikan
  2. Menyangkut kekompakan orang-orang yang dipimpinnya.
Tugas yang berhubungan dengan pekerjaan yang harus diselesaikan agar masyarakat yang dipimpin dapat mencapai tujuannya. Sedangkan tugas yang berhubungan dengan kekompakan orang yang dipimpin dibutuhkan agar hubungan antar orang yang bekerja sama menyelesaikan pekerjaan itu berjalan lancar dan penuh dinamika.
Tugas pemimpin yang berhubungan dengan kerja yang harus diselesaikan, meliputi :
1.        Mengambil inisiatif, yakni berusaha agar masyarakat yang dipimpin memulai kegiatan atau aktifitas tertentu, misalnya dengan mengajukan masalah kepada mereka yang dipimpin dan mengajaknya memulai memikirkan dan mencari jalan keluarnya.
2.        Mengatur, yaitu berupa tindakan untuk mengatur arah dan kegiatan-kegiatan dari masyarakat yang dipimpin.
3.        Memberikan informasi, yaitu kegiatan untuk memberikan keterangan-keterangan, data-data, fakta-fakta, pendapat-pendapat kepada masyarakat yang dipimpin. Sebaliknya pemimpin mengharapkan adanya informasi dari rakyat, sehingga terjadi arus informasi timbal balik yang bermanfaat untuk mengembangkan dinamika masyarakat dalam mencapai tujuan.
4.        Memberikan dukungan, yaitu usaha untuk menerima gagasan, usul, pendapat dari bawah dan penyempurnaannya dengan menambah atau mengurangi, untuk digunakan dalam rangka menyelesaikan tugas bersama.
5.        Menilai, yaitu tindakan untuk menguji gagasan yang muncul atau cara kerja yang diambil dengan menunjukkan konsekuensi-konsekuensinya dan untung ruginya.
6.        Menyimpulkan, yaitu kegiatan untuk menyimpulkan dan merumuskan gagasan, pendapat dan usul yang muncul, meringkas lalu menyimpulkan sebagai landasan untuk mengembangkan pemikiran lebih lanjut.
 Tugas pemimpin yang berhubungan dengan kekompakan orang-orang yang dipimpin, meliputi :
1.        Memberikan dorongan, yaitu bersikap hangat bersahabat, menerima orang-orang yang dipimpin sehingga bangkit semangatnya untuk bekerja bersama untuk mewujudkan tujuan yang dicita-citakan.
2.        Mengungkapkan perasaan, yaitu tindakan menyatakan perasaan terhadap kerja dan kekompakan kerja, seperti rasa puas, rasa senang, rasa bangga dan ikut seperasaan dengan orang-orang yang dipimpin pada waktu mengalami kesulitan, kegagalan, dan lainnya.
3.        Mendamaikan, yaitu tindakan mempertemukan dan mendamaikan pendapat-pendapat yang berbeda-beda dan merukunkan orang-orang yang bersitegang satu sama lain.
4.        Melakukan kompromi, yaitu kemauan untuk mengubah dan mnyesuaikan pendapat dan perasaan sendiri dengan pendapat dan perasaan orang yang dipimpin.
5.        Memperlancar, yaitu kesediaan membantu mempermudah keikutsertaan mereka yang dipimpin, sehingga semua rela menyumbangkan dan mengungkapkan gagasan.
6.        Memasang aturan permainan, yaitu tindakan menyampaikan aturan atau tata tertib yang membantu kehidupan organisasi.
Dengan memahami tugas-tugas dari pemimpin seperti yang tersebut di atas diharapkan makna kepemimpinan akan lebih dihayati dalam perjalanan melaksanakan peranan kepemimpinan yang diemban sesuai dengan misi yang dibebankan di pundak seorang pemimpin.
Wewenang Pemimpin
Wewenang adalah hak untuk bertindak. Dalam rangkaian mencapai tujuan tertentu, seorang pemimpin harus mendahulukan tugas dari pada wewenang, dan harus pula disadari bahwa antara keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Tidak ada tugas tanpa wewenang dan tidak ada wewenang tanpa tugas. Demikianlah seorang pemimpin harus melaksanakan tugas-tugasnya sesuai dengan wewenangnya. Demikian juga wewenang seorang pimpinan adalah hak untuk menggerakkan orang-orang yang dipimpinnya.










BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat kami tarik sebuah kesimpulan bahwa Niti Sastra merupakan sebuah ajaran kepemimpinan Hindu yang tidak saja memuat tentang ilmu ketatanegaraan, etika dan moralitas tetapi juga ilmu politik yang sangat erat sekali kaitannya dengan kehidupan bernegara. Konsep ajaran Niti Sastra adalah penataan pemerintahan dan pembangunan negara pada umumnya. Ajaran Niti Sastra bila kita kaitkan dengan kehidupan bernegara maka ajaran Dharma Negara merupakan sebuah ajaran yang terdapat dalam Niti Sastra.
3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya  makalah ini, pembaca bisa dan dapat memperoleh gambaran mengenai Niti Sastra secara lebih lengkap mengenai ajaran Niti Sastra dalam kehidupan bernegara.




DAFTAR PUSTAKA
Darmayasa, I Made, 2014. Canakya Niti Sastra. Surabaya : Paramita
Suhardana, Drs. K.M., 2008. Niti Sastra Ilmu Kepemimpinan dan Management Berdasarkan Agama Hindu. Surabaya : Paramita
Wiana, Drs. I Ketut. 1993. Materi Pokok Niti Sastra. Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu dan Budhha dan Universitas Terbuka.
Gautama, Ki Guru Pasek Budha. 2016. Kakawin Ramayana jilid I, II dan III. Surabaya: Paramita
Maswinara, I Wayan. 2003. Manawa Dharmasastra. Surabaya: Paramita
Ngurah, Drs. I Gusti Made. 1998. Buku Pendidikan Agama Hindu Untuk Perguruan Tinggi. Surabaya: Paramita




1 komentar: