NITI SASTRA
DALAM KEHIDUPAN BERNEGARA
Mata Kuliah Niti Sastra I
Dosen : Drs.
Marsono, M.Pd.H
I
Made Agus Sukara (14.1.1.1.1.113)
I
Nyoman Alit (14.1.1.1.1.115)
PAH / S.1 / V / B2
Denpasar
|
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA HINDU
FAKULTAS
DHARMA ACARYA
INSTITUT
HINDU DHARMA NEGERI DENPASAR
2016
KATA
PENGANTAR
Om
Swastyastu,
Puji
syukur penulis panjatkan kehadapan Ida
Sang Hyang Widhi Wasa,
atas
asung kerta wara nugrahaNya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Niti Sastra Dalam Kehidupan Bernegara
Makalah ini dibuat karena adanya
tugas mata kuliah Niti Sastra I yang diberikan kepada penulis untuk mengetahui
bagaimana Ajaran Niti
Sastra bila dikaitkan dengan kehidupan bernegara
Oleh karena itu harapan penulis,
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dalam upaya meningkatkan ilmu dan mengetahui Ajaran
Niti Sastra dalam kehidupan bernegara. Makalah ini masih banyak memerlukan
perbaikan dan penyempurnaan. Oleh
sebab itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan makalah ini, agar dapat bermanfaat di
kemudian hari. Akhir kata penulis
ucapkan banyak terima kasih.
Om
Santih, Santih, Santih Om
Denpasar, 02
Nopember 2016
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR
ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1
Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2
Rumusan Masalah........................................................................................... 3
1.3
Tujuan Masalah............................................................................................... 3
BAB
II PEMBAHASAN.................................................................................... 4
2.1
Konsep Niti Sastra dalam Kehidupan
Bernegara........................................... 4
2.2 Ajaran Niti Sastra dalam kehidupan Bernegara........................................ 6
BAB
III PENUTUP............................................................................................. 12
3.1
Kesimpulan...................................................................................................... 12
3.2
Saran................................................................................................................ 12
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nitisastra
merupakan ajaran pemimpin,yang juga diartikan ilmu yang bertujuan untuk
membangun suatu megara baik dari segi tata negara,tata pemerintahan maupun tata
masyarakatnya. Sehubungan dengan pembangunan negara,pemerintahan dan masyarakat
berdasarkan Nitisastra,ajaran agama Hindu dapat memberikan nilai-nilai
morildari wujud pembangunan tersebut. Dalam hal ini Nitisastra dapat berarti
suatu konsepsi penataan pemerintahan dan pembangunan negara secara umum yang
bersifat universal dan teoritis, namun memiliki nilai-nilai praktis.
Nitisastra
memiliki peran dan fungsi yang sangat penting bagi umat manusiauntuk
memantapkan pengalaman hidup berbangsa dan bernegara,seperti NKRI yang
berlandaskan pancasila. Nitisastra mengajarkan umatnya untuk selalu ikut serta
dalam pembinaan negara dan bertanggung jawab dalam mewujudkan keselamatan
negara dan tujuan negara. Nitisastra dapat juga dipergunakan untuk membuat
rumus kembali, mengakulturasi suatu konsep dengan konsep yang lainya sehingga
memperoleh suatu konsep baru yang mengantarkan untuk berpandangan jauh kedepan.
Berbuat dan berpikir tentang keselamatan negara dimasa lampau,sekarang dan yang
akan datang merupakan bukti umat hindu peduli melaksanakan dharma agama. Negara
adalah wadah bagi setiap pemimpin untuk melaksanakan kepemimpinanya. Sehubungan
dengan keberadaan negara,pemimpin dan kepemimpinan, didalam kitab Manawa
Dharmasastra kita temukan petunjuk sebagai berikut :
“Brahman praptena
samskaram ksatriyena yatha widhi, sarwasyasya yathanyayan kartawyam
pariraksanam”
(Manawa
Dharmasastra, VII.3)
Terjemahannya :
Ksatria (Pemimpin) yang
telah menerima sakramen menurut Weda,
berkewajiban melindungi seluruh dunia dengan sebaik-baiknya.
Agama
Hindu tidak memebenarkan seorang pemimpin negara mwnjadikan kesibukan sebagai
alasan untuk tidak memberikan perhatian pada pembinaan pribadinya secara fisik
atau mental,dan juga terhadap keluaganya.Seperti contoh dalam karya sastra
kekawin Ramayana mengisahkan seorang raja termasyur yang bernama “Sang
Dasaratha”. Di dalam kekawin Ramayana, I.3 menyebutkan sebagai berikut :
“Guna manta Sang
Dasaratha wruh sira ring weda bhaktiring dewa,tar malupeng pitra puja,masih ta
sireng swagotra kabeh”.
Terjemahannya :
Sangat utama beliau
Sang Dasaratha, Sri Baginda ahli weda (ilmu pengetahuan)
Dan sujud bhakti
kehadapan Ida Sang Hyang Widhi,tidaklahlupa beliau melaksanakan pemujaan
terhadap leluhurnya, Sri Baginda sangat mencintai keluarganya dan
masyarakatnya.
Di dalam Kitab suci
Weda menyebutkan sebagai berikut :
“Sweswe dharma
niwistanam sarwesamapurwacah,warnananmasramanam ca raja srsto,bhiraksita” (Manawa Dharma
Sastra,VII.35) yang artinya Raja (pemimpin) telah diciptakan untuk melindungi
warna dan aturanya yang semuanya itu menurut tingkat kedudukan mereka
melaksanakan tugas-tugas kewajiban mereka. Berdasarkan uraian diatas maka kami
membahas “Niti Sastra dalam kehidupan
Bernegara”.
1.2 Rumusan
Masalah
1.2.1
Bagaimana konsep ajaran Niti Sastra
dalam kehidupan bernegara
?
1.2.2
Bagaimana
ajaran Niti
Sastra jika dikaitkan dengan kehidupan bernegara ?
1.3 Tujuan
Masalah
1.3.1
Untuk
mengetahui konsep ajaran Niti Sastra dalam kehidupan bernegara
1.3.2
Untuk
mengetahui ajaran Niti Sastra jika dikaitkan dengan
kehidupan bernegara.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Konsep
Niti Sastra Dalam Kehidupan Bernegara
Pengertian
Nitisastra secara luas yaitu Ilmu yang bertujuan untuk membangun suatu negara
baik dari segi tata negaranya maupun dari segi tata pemerintahan dari tata
kemasyarakatannya. Dalam pembangunan Negara, pemerintah dan masyarakat ini
Nitisastra meletakkan nilai-nilai moral Agama Hindu sebagai landasannya. Dalam hal
ini Nitisastra bukan berarti Ilmu pemerintahan suatu negara Hindu tertentu.
Karena itu Nitisastra dalam pengertian yang lebih luas ini adalah suatu
konsepsi penataan dan pembangunan negara umum yang berlaku secara universal dan
teoritis, namun mengandung nilai-nilai praktis. Disamping itu Nitisastra juga
mengandung ajaran-ajaran kepemimpinan yang juga bersifat umum dan universal.
Sesungguhnya setiap orang adalah pemimpin. Minimal pemimpin bagi dirinya
sendiri karena dalam diri kita sendiri sangat membutuhkan pimpinan karena kita
punya dasa indria yang perlu kita pimpin. Oleh karena itu Nitisastra bukanlah
sesungguhnya ilmu yang diuntukkan bagi para pemimpin negara dan pemerintahan
saja, tetapi Nitisastra adalah suatu ilmu yang diperuntukkan bagi setiap umat
Hindu di Indonesia. Nitisastra sangat penting untuk ikut memantapkan pengalaman
kehidupan bernegara yang berdasarkan Pancasila.
Nitisastra
mengajarkan ketaatan warga negara pada hukum dan kebijaksanaan negara. Di
samping itu Nitisastra juga mengajarkan warga negara agar selalu ikut serta
dalam pembinaan negara.
Nitisastra
sebagai ilmu pemerintahan yang berorientasi pada agama Hindu memiliki suatu
strategi pokok yaitu ikut membuna umat Hnidu menjadi warga negara yang taat dan
bertanggung jawab pada keselamatan negara untuk mencapai cita-citanya.
Nitisastra
juga berfungsi merumuskan kembali dan sekaligus mengkulturisasi satu konsepsi
dengan konsepsi lainnya sehingga nantinya kita akan memperoleh konsepsi baru
yang berakar sangat dalam dan juga berpandangan jauh ke depan (tri semaya).
Kita
akan lebih dapat memahami Nitisastra ini apabila kita dibantu oleh ilmu-ilmu
lainnya misalnya ilmu tata negara, ilmu sejarah, ilmu manajemen, ilmu hukum dan
ilmu-ilmu lainnya yang erat hubungannya dengan kehidupan ke tata negaraan dan
ke tata masyarakatan.
2.1.1
Niti Sastra sebagai Ilmu Politik
Menurut Drs. I
Gusti Made Ngurah dalam bukunya yang berjudul “Buku Pendidikan Agama Hindu
Untuk Perguruan Tinggi” (1998 : 193 –
194) kata Niti berarti kebijaksanaan duniawi, etika sosial politik,
tuntunan dan ilmu pengetahuan tentang negara atau ilmu politik berdasarkan
ajaran Agama Hindu. Dalam pengertiannya yang lebih luas, kata Niti sastra
diartikan sebagai ilmu yang bertujuan untuk membngun suatu negara, baik dari
segi tata negara, tata pemerintahan maupuntata kemasyarakatan. Niti Sastra lalu
diberi makna sebagai konsep penataan pemerintahan dan pembangunan negara pada
umumnya. Niti Sastra juga mengajarkan kepatuhan warga negara terhadap hukum dan
kebijaksanaan pemerintah, dengan kata lain mengajarkan warganya untuk selalu
ikut dalam pembinaan negara. Dalam hal ini Niti Sastra ikut membina masyarakat
untuk menjadi warga negara yang patuh dan bertanggung jawab dalam mewujudkan
keselamatan negara, mematuhi undang-undang dan berbagai ketentuan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah sebagai wujud pelaksanaan ajaran Dharma Negara. Dalam
hal ini pemerintah dan masyarakat meletakkan nilai-nilai moral ajaran Agama
Hindusebagai landasannya. Niti Sastra mengajarkan masyarakat tentang hukum dan
kebijaksanaan negara, menanamkan jiwa patriotisme dan kesadaran untuk membela
negara.
2.2
Ajaran Niti Sastra Dalam Kehidupan Bernegara
2.2.1
Ajaran Dharma Negara
Dharma Negara dalam pengertian ini adalah kewajiban
umat Hindu terhadap negaranya yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ini
dapat kita buktikan bahwa Sastra-sastra Hnidu dikenal adanya ajaran Catur Guru
Bhakti yang mengajarkan untuk selalu berbakti kepada empat Guru. Salah satu
dari catur guru itu adalah kewajiban untuk berbakti kepada Guru Wisesa artinya
berbakti kepada pemerintah.
Berbakti
kepada pemerintah di samping taat pada peraturan-peraturan dan kebijaksanaannya
juga ikut menyumbangkan pemikiran-pemikiran atau apa saja yang baik untuk
mensukseskan tujuan pemerintah.
Guru Wisesa Bhakti
tidak berarti semata-mata taat pada perintah-perintah atasan, tetapi di sini
berarti ikut aktif menyampaikan aspirasi masyarakat kepada pemerintah dan
sekaligus membantu pemerintah sesuai dengan keadaan dan kemampuan
masing-masing.
Berbakti kepada
Guru Wisesa di sini juga dimaksudkan menanamkan kesadaran pada masyarakat akan
pentingnya ada pemerintah yang bersih, kuat dan berwibawa untuk melindungi
masyarakat.
Dalam Manawa
Dharmasastra bab VII, 2 dan 3 ada disebutkan pentingnya ada negara dan
pemerintah untuk melindungi rakyat. Manawa Dharmasastra itu berbunyi sebagai
berikut :
Brahmapraptena
samskaramk satriyena yata widhi, sarwasyasya yathanyayam kartawyam
pariraksanam.
(
Manawa Dharmasastra VII.2 )
Terjemahannya :
Ksatriya yang
telah menerima sakramen menurut Weda, berkewajiban melindungi seluruh dunia
sebaik-baiknya.
Arajake hi
loke'smin sarwato widrute bhayat, raksarthamasya sarwasya rajanamasrjat
prabhuh.
(
Manawa Dharmasastra VII.3 )
Terjemahannya :
Karena, kalau
orang-orang ini tanpa raja akan terusir, tersebuar keseluruh penjuru oleh rasa
takut. Tuhan telah menciptakan raja untuk melindungi seluruh ciptaannya.
2.2.2
Pemimpin dan Kepemimpinan
Sejarah
telah cukup membuktikan bahwa perjalanan hidup suatu masyarakat, bangsa atau
negara sebenarnya berkisar pada sejarah pemimpin-pemimpinnya. Peranan pemimpin
sangat menentukan arah dan jalannya kehidupan masyarakat, bangsa dan negara
yang dipimpinnya. Kepemimpinan mereka mempengaruhi maju mundurnya suatu
masyarakat, bangsa dan negara. Pemimpin dan kepemimpinan menduduki tempat yang
sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Tanpa kepemimpinan, seorang pemimpin
yang berwibawa, sulit dibayangkan suatu masyarakat, bangsa dan negara bisa
bergerak maju menuju cita-citanya.
Apakah Pemimpin dan Kepemimpinan itu?
Pemimpin
adalah seorang pribadi yang memiliki kemampuan untuk menggerakkan orang lain
untuk mencapai tujuan tertentu atau tujuan bersama.
Kepemimpinan
adalah suatu seni untuk menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu
atau tujuan bersama.
Seorang
pemimpin formal atau informal, besar maupun kecil melaksanakan kepemimpinan
yang berbeda-beda derajat, bobot daerah jangkauan maupun sasaran yang hendak
diwujudkannya. Tetapi suatu yang pasti adalah; pemimpin dan kepemimpinan selalu
dikaitkan dengan tujuan yang hendak dicapai. Sebab pemimpin tanpa tujuan tidak
ada artinya.
Selain
terikat dengan tujuan yang hendak dicapai, maka kepemimpinan tak dapat
dilepaskan dengan masyarakat yang dipimpin. Tanpa masyarakat seorang pemimpin
tak mempunyai fungsi, kehadirannya tak mempunyai arti. Adalah menjadi tugas
seorang pemimpin untuk mengetahui apa yang benar-benar yang menjadi keinginan
dan harapan masyarakat yang dipimpinnya. Mereka harus mampu mengadakan pendekatan
yang menyentuh akal dan juga menyentuh hati masyarakatnya. Sebab dengan
pendekatan yang demikian seorang pemimpin akan mampu merebut simpati masyarakat
yang dipimpinnya. Hal itu memberikan bobot kepada kepemimpinannya dan sekaligus
mempermudah memberikan motivasi yang kuat dan meyakinkan masyarakat untuk
berbuat.
Kepemimpinan
seorang pemimpin diharapkan mampu mengilhami masyarakatnya dan sekaligus
memberikan daya gerak yang kuat untuk mencapai tujuan.
Pada
jaman modern ini di mana ilmu dan teknologi berkembang pesat, menuntut
kepeminpinan yang cocok untuk menjawab tantangan zaman. Kepemimpinan modern
yang demikian dapat diartikan sebagai kepemimpinan yang mutakhir yaitu
kepemimpinan yang menerapkan pengetahuan ilmiah dan ketrampilan teknis untuk menggerakkan
masyarakat atau bangsa yang dipimpinnya, agar dapat berkembang menuju
cita-citanya dalam dunia teknologi yang maju. Atau dengan kata lain
kepemimpinan modern merupakan kepemimpinan yang menerapkan pengetahuan ilmiah
dan teknologi maju. Di sini unsur-unsur rationalisme dan efisiensi merupakan
ciri-cirinya yang pokok dengan tidak mengabaikan pentingnya pendekatan
manusiawi, karena yang dipimpin adalah manusia.
Dalam
zaman modern sekarang ini diperlukan kepemimpinan yang mampu melahirkan
gagasan-gagasan pembaharuan, dan mampu pula melahirkan karya-karya yang
bermanfaat untuk mewujudkan cita-cita masyarakatnya dengan mengerahkan segenap
sumber daya yang ada secara efektif dan efisien.
Tugas
dan Wewenang Pemimpin.
Tugas pemimpin
meliputi dua bidang utama yaitu:
- Menyangkut pekerjaan yang harus diselesaikan
- Menyangkut kekompakan orang-orang yang dipimpinnya.
Tugas yang
berhubungan dengan pekerjaan yang harus diselesaikan agar masyarakat yang
dipimpin dapat mencapai tujuannya. Sedangkan tugas yang berhubungan dengan
kekompakan orang yang dipimpin dibutuhkan agar hubungan antar orang yang
bekerja sama menyelesaikan pekerjaan itu berjalan lancar dan penuh dinamika.
Tugas
pemimpin yang berhubungan dengan kerja yang harus diselesaikan, meliputi :
1.
Mengambil inisiatif,
yakni berusaha agar masyarakat yang dipimpin memulai kegiatan atau aktifitas
tertentu, misalnya dengan mengajukan masalah kepada mereka yang dipimpin dan
mengajaknya memulai memikirkan dan mencari jalan keluarnya.
2.
Mengatur, yaitu
berupa tindakan untuk mengatur arah dan kegiatan-kegiatan dari masyarakat yang
dipimpin.
3.
Memberikan
informasi, yaitu kegiatan untuk memberikan keterangan-keterangan, data-data,
fakta-fakta, pendapat-pendapat kepada masyarakat yang dipimpin. Sebaliknya
pemimpin mengharapkan adanya informasi dari rakyat, sehingga terjadi arus
informasi timbal balik yang bermanfaat untuk mengembangkan dinamika masyarakat
dalam mencapai tujuan.
4.
Memberikan
dukungan, yaitu usaha untuk menerima gagasan, usul, pendapat dari bawah dan
penyempurnaannya dengan menambah atau mengurangi, untuk digunakan dalam rangka
menyelesaikan tugas bersama.
5.
Menilai, yaitu
tindakan untuk menguji gagasan yang muncul atau cara kerja yang diambil dengan
menunjukkan konsekuensi-konsekuensinya dan untung ruginya.
6.
Menyimpulkan,
yaitu kegiatan untuk menyimpulkan dan merumuskan gagasan, pendapat dan usul
yang muncul, meringkas lalu menyimpulkan sebagai landasan untuk mengembangkan
pemikiran lebih lanjut.
Tugas
pemimpin yang berhubungan dengan kekompakan orang-orang yang dipimpin, meliputi
:
1.
Memberikan
dorongan, yaitu bersikap hangat bersahabat, menerima orang-orang yang dipimpin
sehingga bangkit semangatnya untuk bekerja bersama untuk mewujudkan tujuan yang
dicita-citakan.
2.
Mengungkapkan
perasaan, yaitu tindakan menyatakan perasaan terhadap kerja dan kekompakan
kerja, seperti rasa puas, rasa senang, rasa bangga dan ikut seperasaan dengan
orang-orang yang dipimpin pada waktu mengalami kesulitan, kegagalan, dan
lainnya.
3.
Mendamaikan,
yaitu tindakan mempertemukan dan mendamaikan pendapat-pendapat yang
berbeda-beda dan merukunkan orang-orang yang bersitegang satu sama lain.
4.
Melakukan
kompromi, yaitu kemauan untuk mengubah dan mnyesuaikan pendapat dan perasaan
sendiri dengan pendapat dan perasaan orang yang dipimpin.
5.
Memperlancar,
yaitu kesediaan membantu mempermudah keikutsertaan mereka yang dipimpin,
sehingga semua rela menyumbangkan dan mengungkapkan gagasan.
6.
Memasang aturan
permainan, yaitu tindakan menyampaikan aturan atau tata tertib yang membantu
kehidupan organisasi.
Dengan
memahami tugas-tugas dari pemimpin seperti yang tersebut di atas diharapkan
makna kepemimpinan akan lebih dihayati dalam perjalanan melaksanakan peranan
kepemimpinan yang diemban sesuai dengan misi yang dibebankan di pundak seorang
pemimpin.
Wewenang
Pemimpin
Wewenang adalah
hak untuk bertindak. Dalam rangkaian mencapai tujuan tertentu, seorang pemimpin
harus mendahulukan tugas dari pada wewenang, dan harus pula disadari bahwa
antara keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Tidak ada tugas tanpa
wewenang dan tidak ada wewenang tanpa tugas. Demikianlah seorang pemimpin harus
melaksanakan tugas-tugasnya sesuai dengan wewenangnya. Demikian juga wewenang
seorang pimpinan adalah hak untuk menggerakkan orang-orang yang dipimpinnya.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan
uraian diatas dapat kami tarik sebuah kesimpulan bahwa Niti Sastra merupakan
sebuah ajaran kepemimpinan Hindu yang tidak saja memuat tentang ilmu
ketatanegaraan, etika dan moralitas tetapi juga ilmu politik yang sangat erat
sekali kaitannya dengan kehidupan bernegara. Konsep ajaran Niti Sastra adalah
penataan pemerintahan dan pembangunan negara pada umumnya. Ajaran Niti Sastra
bila kita kaitkan dengan kehidupan bernegara maka ajaran Dharma Negara
merupakan sebuah ajaran yang terdapat dalam Niti Sastra.
3.2 Saran
Diharapkan dengan
adanya makalah ini, pembaca bisa dan
dapat memperoleh
gambaran mengenai Niti Sastra secara lebih lengkap mengenai ajaran Niti Sastra
dalam kehidupan bernegara.
DAFTAR
PUSTAKA
Darmayasa,
I Made, 2014. Canakya Niti Sastra. Surabaya
: Paramita
Suhardana,
Drs. K.M., 2008. Niti Sastra Ilmu
Kepemimpinan dan Management Berdasarkan Agama Hindu. Surabaya : Paramita
Wiana, Drs. I Ketut. 1993. Materi Pokok Niti Sastra. Jakarta:
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu dan Budhha dan Universitas
Terbuka.
Gautama, Ki Guru Pasek Budha. 2016. Kakawin Ramayana jilid I, II dan III.
Surabaya: Paramita
Maswinara, I Wayan. 2003. Manawa Dharmasastra. Surabaya: Paramita
Ngurah,
Drs. I Gusti Made. 1998. Buku Pendidikan
Agama Hindu Untuk Perguruan Tinggi. Surabaya: Paramita
apakah ada sejarah Niti sastra enggh?
BalasHapus