Kamis, 03 Desember 2015

BEBANTENAN

BEBANTENAN 

I.Perlengkapan bebantenan

A. Canang 

1. Canang genten
Terdiri dari :
• Alasnya : janur atau daun pisang bentuk segi empat
• Isinya : 
diatas alasnya diisi berturut-turut plawa - porosan – tetuasan dari janur berbentuk kojong/tangkih – bunga-bungaan – bunga rampai – minyak 

2. Canang lengawangi-buratwangi
• Alasnya : janur berbetuk segiempat dan di bagian bawahnya dilengkapi 3 tangkih
• Isinya : 
Tangkih pertama berisi bahan buratwangi yaitu campuran akar-akaran berbau wangi , cendana, majegau dsbnya yg dihaluskan
Tangkih kedua berisi lengawangi yaitu campuran kacang komak,ubi,keladi, pisang kayu mentah, semua bahan digosongkan lalu dihaluskan
Tangkih ketiga berisi minyak lengawangi bewarna putih yaitu campuran menyan dan malam pd minyak dan wewangian tersebut
Diatas tangkih-tangkih tersebut dilengkapi seperti canang genten dan ditambahkan dg kiping,biu mas,tebu 

3. Canang sari
• Alasnya : ceper bungkulan atau tamas
• Sampiyannya : sampyan bundar (uras sari)
• Isi ceper : 
plawa,seiris tebu,seiris pisang mas, kekiping, tubungan, seclemik beras kuning 
• Isi sampiyan : 
Bunga-bungaan dan kembang rampe dan disemprotkan minyak wangi

4. Tadah pawitra/tadah sukla
• Alasnya : janur berbetuk segiempat dan di bagian bawahnya dilengkapi 1 tangkih
• Isinya : 
Tangkih berisi campuran kacang komak,ubi,keladi, pisang kayu mentah, semua bahan digoreng dan diletakkan pd tangkih
Diatas tangkih tersebut dilengkapi seperti canang genten 

5. Canang gantal
• Alasnya : janur atau daun pisang bentuk segi empat
• Isinya : 
diatas alasnya diisi berturut-turut plawa - tubungan . Bedanya tubungannya terdiri dari 7 bh lekesan yg digabungkan menjadi satu dg tali atau benang atau biasa pula ditusuk dg semat .
diatasnya lagi diisi sampyan uras metajuh dg disusuni bunga dan kembang rampe. Pinangnya ada disamping tubungan gantal tersebut.

6. Canang tubungan
• Alasnya : janur atau daun pisang bentuk segi empat
• Isinya : 
diatas alasnya diisi berturut-turut plawa - tubungan . Bedanya tubungannya terdiri dari 2 bh tubungan bersilang lalu diikat dg sirih pula.
diatasnya lagi diisi sampyan uras metajuh dg disusuni bunga dan kembang rampe

7. Canang pengraos
• Alasnya : terdiri atas 2 buah taledan maplekir
• Isinya : 
Taledan pertama berisi ;
- Satu kojong gambir
- Satu kojong pinang
- Satu kojong kapur
- Satu kojong tembakau
- Ditengah-tengahnya diisi lembaran-lembaran sirih
- Satu ceper rokok dan korek
Taledan kedua berisi :
- Beras kuning
- Minyak wangi
Terakhir diatas taledan tersebut ditambahkan canang sari

8. Canang nyahnyah gringsing
Terdiri dari :
• Alasnya : janur atau daun pisang bentuk segi empat
• Isinya : 
diatas alasnya diisi berturut-turut 1 tangkih berisi nyahnyah gringsing ( ketan dan ketan hitam disangan kering,jgn sampai hangus)- plawa - porosan – tetuasan dari janur berbentuk kojong/tangkih – bunga-bungaan – bunga rampai – minyak 

9. Canang payasan
Terdiri dari :
• Alasnya : ituk-ituk 
• Isinya : plawa-porosan-sampyan payasan berisi bunga 

10. Canang Pabersihan/pasucian payasan
Terdiri dari :
• Alasnya : ceper dg 7 celemik dan tampelan yg dijahit pd ceper tersebut
• Isinya : 
diatas alasnya diisi 
- Tepung tawar
- Sisig ( jaja uli dibakar gosong)
- Ambuh (daun kembang sepatu diiris halus)
- Boreh miik
- Minyak wangi
- Kekosok terbuat dari Tepung beras diwarnai kuningnya kunyit
- Nasi aon
Diatasnya disusuni canang payasan

11. Canang meraka
• Alasnya : sebuah ceper
• Isinya : jajan, pisang dan buah-buahan
Dengan sampyan sri kekili atau boleh pula sampyan uras

12. Canang rebong
• Alasnya : dulang kecil
• Isinya : 
dibagian tengah ditancapkan sebatang pohion pisang kecil
dipohon pisang tsb ditancapkan lidi-lidi berisi bunga serta seserojan (jejahitan paku pipid )
perlengkapan lainnya yaitu beras kuning, air cendana,lengawangi-buratwangi, tadah pawitra, masing-masing dg dialasi tangkih, pisang mas, jaja kekiping dan diatasnya disusuni bunga 

13. Canang oyodan
• Alasnya : dulang kecil atau wakul lonjong
• Isinya : 
dibagian tengah ditancapkan sebatang pohion pisang kecil
dipohon pisang tsb ditancapkan lidi-lidi berisi bunga serta seserojan (jejahitan paku pipid )
perlengkapan lainnya yaitu beras kuning, air cendana,lengawangi-buratwangi, tadah pawitra, masing-masing dg dialasi tangkih, pisang mas, jaja kekiping dan. ditambah pula dg sebuah tumpeng, nyahnyah gula kelapa (campuran ketan-injin –beras merah-beras putih-kelapa sisir-gula dicampur lalu dinyahnyah) diatasnya disusuni bunga


14. Canang berkat
• Alasnya : taledan janur maplekir atau 1 bh tamas (diameter 20 cm)diisi clemik
• Isinya : 
cara meletakkan tetandingan dalam empat arah yaitu atas-bawah-kiri-kanan
a. Daun-daun kayu yg diperlukan :
- 4 potong daun selasih miik
- 4 potong daun beringin
- 4 potong daun ancak
- 4 potong blangsah pinang (buah)
- 4 potong kayu mas

b. Diatas daun-daun kayu tsb diisi :
- 4 bh tampelan
- 4 bh lekesan tali benang
- 4 bh leletan
- 4 bh tubungan

c. Bahan pesucian yg dimasukkan :
- 4 clemik boreh miik
- 4 clemik sisig + asem/tebu
- 4 clemik ambuh
- 4 clemik irisan daun pucuk
- 4 clemik minyak wangi

d. Bahan-bahan yg lain yg masuk :
- 4 clemik beras putih
- 4 clemik beras kuning
- 4 clemik kencur diiris
- 4 clemik tadah sukla
- 4 clemik nyahnyah gringsing
- 4 clemik ampo
- 4 clemik dedes rasmen
- 4 clemik kacang komak goring
- 4 clemik kacang putih goring
- 4 bidang kekiping
- 4 bh pisang mas
Setelah semua lengkap diatasnya ditutup dg 1 bh sampyan bundar besar yg diisi bunga dan kembang rampe

B. Daksina 

1. Daksina alit
• Alasnya : sebuah bedoggan dimana pada dasarnya diisi tapak dara janur
• Isinya : 
beras sejumput lalu ssebutir kelapa mapelut lalu dilengkapi dg kojong-kojong berisi :
- Pesel-peselan (dari daun manggis-ceroring-salak-mangga-durian)
- Gegantusan
- Sebutir telur itik
- Satu tampelan
- Tingkih
- Pangi
- Pisang kayu mentah
- Benang putih
Lalu dilengkapi dg canang payasan dan canang genten

2. Daksina linggih
• Alasnya : sebuah bedogan dialasi dg sangku perak/aluminium
• Isinya : 
- Sebuah tapak dara
- Sejumput beras
- 1 buah kelapa mapelut
- 1 kojong telur itik
- 1 kojong Gegantusan
- Satu tampelan
- 1 kojong Tingkih
- 1 kojong Pangi
- 1 kojong irisan Pisang kayu mentah dan tebu
- 1 buah canang sari
- Benang putih
- 1 ikat uang lekeh ( berjumlah 11 )

3. Daksina pekala-kalaan
• Alasnya : sebuah bedogan besar dimana pada dasarnya diisi tapak dara janur
• Isinya : 
beras sejumput lalu 2 butir kelapa mapelut lalu dilengkapi dg kojong-kojong berisi :
- 2 Pesel-peselan (dari daun manggis-ceroring-salak-mangga-durian)
- 2 Gegantusan
- 2 butir telur itik
- 2 tampelan
- 2 bh Tingkih
- 2 bh Pangi
- Pisang kayu mentah
- Benang putih
Lalu dilengkapi dg canang payasan dan canang genten

4. Daksina krepa
• Alasnya : sebuah bedogan besar dimana pada dasarnya diisi tapak dara janur
• Isinya : 
beras sejumput lalu 3 butir kelapa mapelut lalu dilengkapi dg kojong-kojong berisi :
- 3 bh Pesel-peselan (dari daun manggis-ceroring-salak-mangga-durian)
- 3 bh Gegantusan
- 3 butir telur itik
- 3 bh tampelan
- 3 bh Tingkih
- 3 bh Pangi
- Pisang kayu mentah
- Benang putih
Lalu dilengkapi dg canang payasan dan canang genten

5. Daksina gede/galakan/pemogpog
• Alasnya : sebuah bedogan besar dimana pada dasarnya diisi tapak dara janur
• Isinya : 
beras sejumput lalu 5 butir kelapa mapelut lalu dilengkapi dg kojong-kojong berisi :
- 5 bh Pesel-peselan (dari daun manggis-ceroring-salak-mangga-durian)
- 5 bh Gegantusan
- 5 butir telur itik
- 5 tampelan
- 5 bh Tingkih
- 5 bh Pangi
- Pisang kayu mentah
- Benang putih
Lalu dilengkapi dg canang payasan dan canang genten

C. Bebantenan

1. Banten danan
• Alasnya : 1 bh ceper bungkulan
• Isinya : 
- 2 bh celemik atau 1 kojong rangkadan berisi kacang-saur
- 2 buah tumpeng
- Diisi raka dan jaja sekebis-sekebis
- Sampyan plaus lengkap dg porosan dan bunganya
- 1 tanding canang 

2. Banten pejerimpen alit 
• alasnya : 1 buah bedogan kecil
• isinya : 
- raka dan jaja sekebis-sekebis
- 1 bh tunpeng kecil
- 1 kojong rangkadan
- Sampyan jerimpen alit berisi bunga dan porosan

3. Banten kawas/daun
• Alasnya : 
1 bh taledan kawas yg mana pd bagian atas tengah dijahitkan 1 bh kekojong maikuh dg dilengkapi 1 bh porosan dan bunga.
Kemudian dibagian bawahnya dijahitkan 4 bh celemik
• Isinya : 
Celemik no.1 berisi 1 bh kebeber putih polos dan 1 bh kebeber kuning mesari
Celemik no.2 berisi jajan kukus putih kuning
Celemik no.3 berisi lawar barak dan lawar putih
Celemik no.4 berisi sayur urab diisi nasi sasahan dan 1 bh sate kawas
Celemik no.5 ditengah-tengahnya diisi nasi sasahan dan 1bh sate kawas
Diatasnya dilengkapi dengan 1 bh canang

4. Banten peras
• Alasnya : sebuah taledan dan diatasnya diisi kulit peras
• Isinya : 
- Beras sejumput
- Benang putih
- 1 bh tampelan
- 2 bh tumpeng/untek peras
- Tebu,tape,bantal
- Kojong rangkadan berisi rerasmen
- Raka-raka (pisang,buah dan jaja)selengkapnya
- Sampyan peras biasa aataupun sampyan pengambyan
- canang

5. Penyeneng
a. penyeneng teenan (bebuat)
• alasnya : ituk-ituk yg dibagian atasnya dijahitkan jahitan penyeneng
• isinya : 
- beras dg benang tetebus putih
- nasi aon
- tepung tawar
b. penyeneng biasa
• alasnya : ceper bucu telu atau bias dg jembung
• isinya : 
sampyan nagasari dijahit diatas alas kemudian ditambah unteng/tetuasan penyeneng 
3 buah kekuwung
c. penyeneng terag (gede)
• alasnya : wakul
• isinya : 
1. dasarnya adalah sampyan sreyok, dasar sampyan pengambyan
2. 3 batang kekuwung
3. Tetuasan ati
4. Tetuasan paku pipid
5. Tetuasan cemara
6. Tetuasan kepundung
7. Tetuasan cempaka
8. Tetuasan bungan isen
9. Tetuasan kukun rangda

6. Banten sodan/ajuman/ajengan/rayunan
• Alasnya : taledan, tamas, ceper dan sejenisnya
• Isinya : 
- 2 bh penek 
- Tebu
- Tape dan bantal 
- Raka-raka
- Rerasmen dalam wadah celemik atau kojong rangkadan
- Sampyan soda/plaus/kepet-kepetan

7. Banten pengambyan
• Alasnya : taledan
• Isinya : 
- Tumpeng 2 buah
- 1 bh tipat pengambyan diletakkan ditengah-tengah tumpeng
- 1 pasang tulung pengambyan diletakkan didepan tumpeng
- 1 bh kojong rangkadan
- Sampyan pengambyan mesreyok
- 1 bh canang
- Raka-raka 

8. Banten tulung 
• alasnya : sebuah ituk-ituk ditempelkan 3 bh jejahitan tulung sangkur
• isinya : 
- nasi dan rerasmen
- dapat pula dilengkapi dg sampyan plaus/payasan kecil lengkap dg bunga dan porosan
9. Banten sesayut
• Alasnya : sebuah kulit sesayut
• Isinya : 
- Nasi maklongkong 
- 1 bh kojong rangkadan lengkap dg rerasmen
- Raka-raka
- Sampyan nagasari lengkap dg bunga dan porosan


10. Banten dapetan
• Alasnya : sebuah taledan 
• Isinya : 
- Raka-raka selengkapnya
- Tebu,bantal tape
- 1 bh tumpeng 
- 1 bh kojong rangkadan
- 1 bh sampyan jeet guak
- Sesedep yang berisi beras putih dan benang putih
- Sebuah penyeneng dan canang

11. Banten tumpeng pengapit
• Alasnya : 1 bh taledan
• Isinya : 
- 2 buah tumpeng 
- Raka-raka selengkapnya
- Tebu,bantal,tape
- 1 bh kojong rangkadan
- Sampyan jeet guak
- Canang 

12. Banten penyeneng
• Alasnya : 1 bh taledan
• Isinya : 
- 3 buah tumpeng 
- Raka-raka selengkapnya
- Tebu,bantal,tape
- 1 bh kojong rangkadan
- Sampyan jeet guak
- Sebuah penyeneng
- canang


13. Banten guru
• Alasnya : 1 bh taledan
• Isinya : 
- 1 buah tumpeng guru (tumpeng besar dengan telur itik matang diujungnya)
- Raka-raka selengkapnya
- Tebu,bantal,tape
- 1 bh kojong rangkadan
- Sampyan jeet guak
- canang

14. Banten udel
• Alasnya : 1 bh taledan
• Isinya : 
- 1 buah tumpeng dibadannya ditusukkan ulam ati atau bias diganti dg bawang putih
- Raka-raka selengkapnya
- Tebu,bantal,tape
- 1 bh kojong rangkadan
- Sampyan jeet guak

15. Banten kurenan
• Alasnya : 1 bh taledan
• Isinya : 
- 2 buah tumpeng dikelilingi oleh 5 bh tumpeng kecil-kecil
- Raka-raka selengkapnya
- Tebu,bantal,tape
- 1 bh kojong rangkadan
- Sampyan pengambyan
- canang


16. Banten pengiring
• Alasnya : 1 bh taledan
• Isinya : 
- 1 buah tumpeng 
- Raka-raka selengkapnya
- Tebu,bantal,tape
- 1 bh kojong rangkadan
- Sampyan jeet guak
- canang

17. Banten saraswati
• Alasnya : tamas 
• Isinya : 
- Raka-raka selengkapnya
- 1 celemik 1 celemik jajan cacalan bebikasan kedalamnya sejumlah 14 macam ( 9 yg putih, 5 yg kuning )
- 5 Celemik panca
- 3 celemik gegodoh – sengait – kekiping
- 7 celemik bahan pabresian payasan
- 1 limas janus berisi nasi bira
- 1 celemik berisi bubur precet
- 1 celemik berisi beras dan tampelan benang putih
- 1 bh ceper berisi jajan saraswati yg beralaskan 1 batang beringin yg berisi 5 lembar daun yg dipolesi bubur precet lalu dijarit
(Daun diujung dibentuk tampelan, 2 daun dibawahnya dibentuk rokok, 2 daun lagi dilepas /tak dijarit)
- Daun endongan yg dibuat : 2 dibentuk rokok, 1 dibentuk slekosan, kemudian ketiganya dijahit menjadi satu, didalamnya semua berisi bubur precet. Semua diletakkan dalam 1 buah ceper yg kemudian diletakkan dalam tamas itu juga.
- 1 celemik segara gunung yg bahannya dari temu-temuan, kelapa parut, biji delima, gula rontal, asem, bawang goring, ketan dan injin yg digoreng sangan lalu dialasi dengan limas.
- Sampyan nagasari
- Sesedep
- Penyeneng teenan
- Canang

18. Banten pejati
Terdiri dari : 
- 1 tetandingan daksina lengkap
- 1 tetandingan banten soda/ajuman
- 1 tetandingan tipat kelanan (terdiri atas; sebuah ceper berisi tipat 1 kelan/6 buah dilengkapi dengan rerasmen dan canang)
- 1 tetandingan banten peras

19. Banten byakala
Alasnya : tempeh/sidi yang diberi taledan dari slepan
Isinya : 
- Raka-raka selengkapnya
- Ditengah taledan diisi sejumput beras, benang, sebuah tampelan
- Diatasnya diberi kulit peras dari daun pandan berduri 3 muncuk
- Diatas kulit peras diberi nasi yang berisi garam dan dibungkus daub pisang dengan berbentuk slekos sumping (segiempat) dan sebuah lagi dibungkus daun pisang dibentuk segitiga
- Kojong rangkadan lengkap dengan rerasmennya
- Sasedep berisi beras dan benang putih
- Coblong berisi air dan sebuah padma
- 1 tanding canang pabersihan payasan
- 1 takir isuh-isuh berisi sapu lidi-tulud sambuk dan danyuh
- 1 takir benang merah
- Sampyan nagasari dari daun endong merah

20. Banten prayascita
a. Prayascita biasa
Alasnya : tamas sesayut, taledan sesayut
Isinya : 
- Raka-raka selengkapnya
- Nasi bundar maklongkong beralaskan jahitan bundar 5 lembar daun tabia bun dan dianasinya ditancapkan 3 pucuk daun dadap dan 3 pucuk padang lepas
- Kojong rangkadan
- 1 soroh tulung sayut
- 1 soroh pabresihan payasan
- 1 takir beras kuning
- 1 takir reringgitan
- Sampyan nagasari
- Sesedep
- Wadah uyah
- Penyeneng
- Padma dan coblong payuk prayascita
- Lis padma
- Canang

b. Prayascita sakti
(semua jejahitan terbuat dari janur kuning)
Alasnya : tamas sesayut mejaro dg kulit peras bundar ditengah-tengahnya 
Isinya : 
- Daun tabia 8 lembar dijarit
- Raka – selengkapnya
- Nasi bundar meklongkong berisi rerasmen dan diatasnya letakkan 5 iris telur dadar sesuai dengan pengider
- Kojong rangkadan
- Tulung sayut
- Pabresian payasan
- 1 tanding banten peras kecil
- 1 takir beras kuning
- 1 takir reringgitan
- 1 buah kelapa muda gading di kasturi
- Sampyan nagasari
- Sesedep
- Wadah uyah
- Penyeneng
- Padma dan coblong
- Lis padma
- Payuk prayascita

c. Prayascita luwih
Alasnya : tamas sesayut mejaro
Isinya : 
- Raka-raka selengkapnya
- 1 buah sampyann tulung urip dengan ditengahnya diletakkan 1 buah tumpeng putih besar
- 1 kojong rangkadan
- 1 tulung sayut
- 1 pabresian payasan
- 1 takir beras kuning
- 1 takir reringgitan
- 1 kelapa gading dikasturi
- 1 payuk prayascita
- 11 tulung ngeleb berisi nasi dan kacang saur
- 11 buah kwangen
- 11 bh tipat gelatik
- 11 bh untek
- Sampyan nagasari
- Sesedep
- Wadah uyah
- Lis padma
- 11 tetanceb
- Canang sari

21. Durmenggala
Jejahitannya terbuat dari slepan matatad (tidak boleh dijatuhkan)
Alasnya : nyiru dg diisi taledan sesayut
Isinya : 
- Raka-raka masing-masing macam jumlahnya lima-lima
- 1 bh tumpeng hitam (injin)
- 1 limas yg berisi b1 bh untek yg ditusukkan terasi dan yang satunya ditusukkan bawang jahe 
- Kojong rangkadan
- 1 ekor ayam hitam dipanggang atau bias diganti dengan 1 bh telur bekasem
- 1 soroh tulung sayut
- 1 pabresihan payasan
- 1 daksina
- 1 takir berisi : 2 base tulak dan 1 pinang
- 1 kelapa muda hijau yg dikasturi
- 1 takir diisi isuh-isuh dan 1 telur ayam
- 1 bh lis amu-amuan
- Ketupat kelanan
- Taledan kecil berisi nasi Maura berisi kacang saur dan 1 bh tampelan (nasi lis) boleh diletakkan diatas kapar kecil berisi taledan
- 1 periuk tirta
- Coblong dan padma
- Sampyan nagasari
- Sesedep
- Wadah uyah
- Penyeneng
- Canang

22. Banten pejerimpenan
a. Jerimpen alit : 
o Alasnya sebuah bedogan kecil
o Isinya raka-raka sekebis-sekebis
o 1 bh tumpeng kecil
o 1 kojong rangkadan
o Rerasmen
o Sampyan pejrimpenan 

b. Jerimpen gede :
o Sebuah wakul
o Sebuah keranjang jerimpen dibungkus daun enau ataupun kain putih/kuning
o Pada wakul berisi tampelan, beras, benang, uang
o Aneka jajan uli atau begina dll
o Sampyan jerimpen

23. Pangulapan
Alasnya : ngiu dengan taledan sebagai alas banten
Isinya : 
- Dibagian hulu banten pejati, pengambyan, sangga urip, babuu
- Bagian tengahnya banten sorohan alit
- Pabersihan
- Penyeneng
- Bagian hilirnya sebuah ceper berisi 11 tumpeng kecil dilengkapi dengan rerasmen 
- Raka-raka
- Sampyan tumpeng 

24. Satu soroh tulung sayut
Terdiri atas 4 jenis banten kecil yang diikat menjadi satu yaitu;
a. Sesayut 
Alasnya : taledan sesayut bundar (kecil)
Isinya : 
- Nasi sasah dg rerasmen
- Irisan tebu, pisang dan jajan uli

b. Peras
Alasnya : ceper
Isinya : 
- Tumpeng lanying kecil 2 bh
- Rerasmen
- Irisan pisang, tebu, bantal-tape kecil serta sekebis jaja uli
- Sampyan pusung 2 bh 
c. Danan
Alasnya : ceper
Isinya : 
- Tumpeng lanying kecil 2bh
- Rerasmen dalam wadah celemik
- Irisan pisang, tebu, bantal-tape kecil serta sekebis jaja uli
- Sampyan danan
d. Tulung
Alasnya : wadah tulung
Isinya : 
- Nasi sasah dengan rerasmen
25. Satu soroh sorohan
Terdiri atas 3 bagian tetandingan yaitu ;
a. Alasnya : Taledan
Isinya : 
- Raka-raka selengkapnya
- 1 bh ceper berisi 11 bh untek kecil-kecil
- 1 kojong rangkadan
- 1 tanding ketupat kelanan
- 1 soroh tulung sayut
- 1 pabresian payasan
- 1 penyeneng teenan/kecil
- 2 bh Sampyan pusung
- 2 bh sampyan gantung-gantungan
- 1 bh sangga urip

b. Alasnya : taledan
Isinya : 
- Raka-raka selengkapnya
- 22 bh untek alam 1 bh ceper
- Kojong rangkadan
- 1 tanding ketupat kelanan
- 1 soroh tulung sayut
- 1 pabresian payasan
- 2 bh sampyan pusung
- 2 bh gantung-gantungan
- 1 penyeneng teenan
- 1bh sangga urip
c. Alasnya : taledan
Isinya :
- Raka-raka selengkapnya
- 1 bh ceper berisi 11 untek dan 11 tumpeng
- 1 kojong rangkadan
- 1 tulung sayut
- 1 pabresian payasan
- 2 bh sampyan pusung
- 2 bh gantung-gantungan
- 1 penyeneng teenan
- 1bh sangga urip
Semua tetandingan tersebut diisi canang kemudian ditumpuk jadi satu dan ditutp dengan sebuah taledan

26. Banten Kawas
Alasnya : 
sebuah taledan yg dibag atasnya yaitu tengah-tengah dijahitkan 1 bh kojong meikuh dilengkapi dg bunga dan porosan. Dibawahnya dijahitkan 4 celemik
isinya : 
- Celemik pertama berisi 1 bh kebeber putih polos dan 1 bh kebeber kuning
- Celemik kedua berisi jajan kukus putih kuning
- Celemik ketiga berisi lawar barak lawar putih
- Celemik keempat berisi sayur urab, nasi sasahan dan 1 btg sate kawas
- Ditengah-tengah diisi nasi sasahan dan 1 btg sate kawas
Untuk upacara yang lebih besar sayur-sayurannya ditambah dg daun-daunan yg lain seperti untuk suci seperti; daun karuk, daun keduduk, daun saman gigi, daun takep-takep, dll.

27. Dewa – dewi
Alasnya : 
- tempeh berisi base tampelan, beras, benang, uang kepeng 450 dibagi 2 masing-masing 225 kepeng. Diatasnya diisi taledan kemudian dibungkus dengan kain putih. 
- Diatasnya diletakkan 2 bh tamas/paso kecil
- Pd masing-masing tamas/paso diisi kelakat sudamala, purusha dan pradanan.
- Masing-masing kelakat diberi tangkai dg mengikat pd masing-masing sudutnya dan tangkai terletak ditengah-tengah menjulang keatas
- Perlengkapan dewa/purusha diletakkan disebelah kanan, letak daun diatur menelungkup
- Perlengkapan dewi/pradana disebelah kiri dan menengadah
- Pada masing-masing kelakat diletakkan daun pisang mas berbentuk tapak dara dan diatasnya diletakkan 8 lembar daun ancak mengarah ke 8 penjuru mata angin dan dijarit berbentuk padma
- Diatasnya disusuni 8 lembar daun medori putih, 8 lembar daun beringin sama-sama berbentuk padma
- Letakkan kwangen yg dilengkapi sesari 11 kepeng
- Diatas kwangen diisi kalpika 8 bh dari daun beringin diselingi 8 uang kepeng
- Kemudian disusuni 8 kalpika daun beringin diselingi 3 uang kepeng 
- Pada puncaknya berisi tipat lingga dari daun lalang 
- Setelah selesai kedua kelakat dihubungkan dengan benang putih satukel
- Disekitar dewa-dewi diatur runtutan bantennya al;
o Base tubungan dialasi limas
o Canang buratwangi lengawangi
o Rantasan putih kuning
o Kelapa gading dikasturi

28. Pagenian 
Alasnya : tempeh berisi taledan daun andong merah
Isinya : 
- Segehan nasi merah
- Ulam ayam biing/merah panggang
- Sampyan andong merah
- Daksina
- Sorohan alit
- Peras
- Pengambyan
- Tulung 
- Sesayut
- Penyeneng
- Soda
- Suci
- Glar sanga

29. Suci 
a. Suci Sibakan (Lekah)
Tamas I
Isinya :
- 5 bh tape dari daun nangka diletakkan ditengah tamas
- Samping kiri dan kanan diisi pisang satu-satu atau dua-dua
- 1 iris – 1 iris tebu diletakkan disamping pisang
- 5 celemik panca diletakkan dibagian bawah tamas
- 5 celemik bebikasan kuning, setiap celemik diisi dua-dua yg 1 macam diletakkan dekat panca
- 9 celemik bebikasan putih, setiap celemik diisi dua-dua yg 1 macam diletakkan dibagian atas 
- Penangkeb suci letakkan dibagian atas : simbar dan kemimitan satu-satu
- Dibagian bawah ; klongkang dan anggur satu-satu
- Dibagian atas ; jajan uli merah dan putih serta satuh maikuh
- Dibagian bawah ; begina merah putih
- Paling atas diletakkan 1 tanding solasan
Tamas II Ngelampad
Isinya : 
- Urab dulu sayur-sayuran untuk suci seperti nangka, papaya, kacang panjang, kecambah, pare, daun jepun, daun tabia bun, daun saman sigi, daun cendana, daun sikep-sikep
- Rerasmen ; kacang-kacangan digoreng, saur, telur dadar, sudang-sudangan, terung, ketimun, pelas, garam
- Nasinya lekah ; 1 ceper nasi untek yg beralaskan 1 lembar daun dadap
- Sayur-sayuran dan rerasmen diatur sedemikian rupa dengan celemik-celemik dan nasi untek yg beralaskan ceper taruh ditengah-tengah tamas
Jadi kedua tamas ditumpuk jadi satu dan diisi 1 tanding canang

b. Suci sari 
Tamas I :
- 5 bh Pisang kayu masak
- 5 bh bantal
- 5 bks tape
- 5 bh jajan begina (warna putih dan kuning)
- 5 iris tebu
- Jajan sasamuhan putih kuning
(kabeber,kuluban,puspa,karna,panji,katibubuan udang, ratu magelung, candiraga, kerang, bungan temu, tiga getas, tuding, pahyasan, saraswati. Dengan perbandingan saat menata; 12:6, 9:5, 7:5, 5:4) 
- Panca pala
- 5 bh canang berisi porosan
Tamas II :
- 4 bh tumpeng
- 1 bh tumpeng guru
- Nasi memakai limas berisi saur, telur dadar, kacang putih goring
Tamas III :
- Kacang putih, botor putih, komak, papaya, terung kanji, semua direbus . Daun – daunnya dipakai sayur dengan bumbu bawang putih, kencur tanpa terasi dialasi takir.
Diatasnya dilengkapi ;
o Sekul pinda
Alasnya ceper berisi 3 pulung nasi memakai alas celemik, isinya pisang kayu masak 3 bh dan madu 1 takir 
o Sega taksisir
Alasnya memakai ceper berisi nasi aron-aron, kelapa diiris-iris, kacang komak digoreng dan disaur
o Nasi bira
Alasnya memakai ceper berisi nasi urab, kacang goring dan terung sutra direbus
o Sekul wedya
Alasnya memakai ceper berisi 3 pulung nasi putih yg diaru dengan empehan, dialasi daun bingin 3 lembar, diatasnya berisi 3 iris bawang dilengkapi ujung daun ambengan 2 lembar dan daun aa baas 3 lembar
o Nasi pahyasan 
Alasnya memakai ceper berisi nasi, daun delima wanta, saur, telur dadar dan kacang mateng
Kelengkapannya ;
o Pisang matah
Alasnya memakai wakul kecil berisi kacang-kacangan serba mentah, pisang kayu mentah, tebu, porosan masing-masing 5 bh dan sampyan peras yg kecil
o Pisang lebeng
Alasnya wakul kecil berisi buah panca pala (5 jenis) masing-masing 5 iris, jajan sasamuhan, tape, bantal, tebu diatasnya sampyan nagasari
Runtutannya ;
o Canang buratwangi lengawangi
o Canang sari
o Canang gantal
o Daksina
o Peras
o Soda 
o Tipat kelanan

c. Suci Tibaro
Tamas Tatampel :
- sama seperti yang ada di suci sari

Tamas Sradhu :
- isinya pisang kayu masak, tebu, tape, bantal, jajan begina masing-masing 2 bungkus
- jajan sasamuhan putih sebelah kanan, yang kuning di sebelah kiri diletakkan berpasangan, dilengkapi panca pala, pala bungkah dan pala gantung dan 2 bh canang porosan
Tamas III Babungkul :
- isinya sebuah tumpeng
- 1 celemik beras basah
- Telur itik direbus
- Jajan berbagai jenis
- Sebuah canang

Tamas Saraswati :
- Pisang, tebu, bantal, jajan begina masing-masing 5bh/bungkus
- Jajan sasamuhan putih dan kuning diletakkan berpasangan
- Jajan saraswati dialasi takir
- Bubur galeng, bubur lengen , telur kecet dibungkus daun beringin dan andong
- Pala bungkah, pala gantung dan canang porosan 5 bh

Tamas Rawit :
- Pisang, tebu, bantal, jajan begina masing-masing 3 bh/bungkus
- Jajan sesamuhan putih dan kuning diletakkan berpasangan
- Panca pala dan canang porosan 3 bh

Tamas Duma :
- Isen, kacang putih, kacang botor, komak putih direbus, masing-masing dialasi celemik dengan diatasnya dilengkapi;
o Rujak segara gunung
Dibuat dari jenis-jenis temu, kelapa parut , buah delima, gula ental, asem, bawang goring, nyahnyah ketan, injin dialasi limas
o Tadah pawitra
o Nasi pradnyan
Alasnya memakai ceper berisi jajan kukus ketan, injin, bunga delima, kelapa direbus, bawang goring dan garam wuku
o Bubur Sasuru
Alasnya memakai ceper berisi bubur beras dialasi karton dan daun ancak ditancapi padang lepas
o Bubur Jrenang
Alasnya ceper berisi bubur catur warna dan baem warak serta santan 1 takir
o Bubur Pirata
Alasnya ceper, kemudian daun medori 11 lembar berisi bubur 11 sendok, disusuni padang lepas dan daun ambengan
o Sajen
Alasnya celemik berisi batu celagi (asam) dinyahnyah ditumbuk halus
- Tamas Guru
Isinya sama dengan tamas guru pd suci sari
- Tamas Wedya
Isinya sekul wedya terdiri dari abugala, abugasri, lempog, sega, taksisir, bubur jrenang
- Tamas Lampadan
Isinya sama dengan pada suci sari
- Tamas Sancak
o Isinya mentimun ditimur 5bh/iris
o Salak di selatan 9bh/iris
o Nagka di barat 7 bh/iris
o Mangga di utara 4 bh/iris
o Pisang berwarna di tengah 8 bh/iris
- Runtutannya ;
o Guling itik putih jambul
o Sekul gurih
o Punten
o Jumlah jajan 206
o Pelengkap Catur Niri dan Catur Muka
o Pisang matah 2 tanding
o Pisang lebeng 2 tanding

30. Catur 
a. Catur Sari
b. Catur Rebah
Alasnya : tamas catur
Isinya :
- Tamas pertama untuk tempat nasi atau penek
- Tamas kedua untuk tempat rerasmen dan ulam
- Tamas ketiga untuk raka-raka masing-masing 2 bh, kemudian diatasnya disusuni kain (tigasan) serta canang tubungan 4 bh dan tiap canang menggunakan warna bunga 1 macam yaitu putih, merah, kuning atau hitam).
Minyak wanginya dibuat dari kelapa bulan, udang, gading dan hijau (mulung).

c. Catur Niri
Alasnya : 
tamas catur 12 buah dan tiap warna dialasi tersendiri (dg jumlah pd masing-masing arah adalah 3 bh
Isinya : 
- Isinya sama dengan catur rebah namun jumlahnya disesuaikan dengan jumlah urip pangider-ider buana 
- Perlengkapan lain pada banten catur ;
o Maduparka, empehan, baem warak
o Jika digunakan sbg pasaksi maka dilengkapi dg banten Guru, Panca Saraswati dan banten Ghana.

31. Banten Ancak
Alasnya : taledan 
Isinya :
- Raka-raka selengkapnya
- 1 bh tumpeng dialasi daun ancak
- kojong rangkadan berisi rerasmen
- Sampyan jeet guak
- Canang

32. Banten Bingin
Alasnya : taledan 
Isinya :
- Raka-raka selengkapnya
- 1 bh tumpeng dialasi daun bingin
- kojong rangkadan berisi rerasmen
- Sampyan jeet guak
- Canang



33. Banten Ungang
Alasnya : taledan 
Isinya :
- 1 bh tumpeng dialasi daun ancak
- Raka-raka selengkapnya 
- kojong rangkadan berisi rerasmen
- Sampyan jeet guak
- Canang

34. Banten Tagog
Alasnya : taledan 
Isinya :
- 1 bh tumpeng dipangkalnya dibuat gua
- Raka-raka selengkapnya
- kojong rangkadan berisi rerasmen
- Sampyan jeet guak
- Canang

35. Banten Bulakan
Alasnya : taledan 
Isinya :
- 1 bh tumpeng yg disampingnya diletakkan takir berisi air
- Raka-raka selengkapnya
- kojong rangkadan berisi rerasmen
- Sampyan jeet guak
- Canang

36. Banten Pancoran
Alasnya : taledan 
Isinya :
- 1 bh tumpeng yg ditengah-tengahnya diisi sidu dari janur sbg mulut pancoran
- Raka-raka selengkapnya
- kojong rangkadan berisi rerasmen
- Sampyan jeet guak
- Canang

37. Banten Pengebek
Alasnya : taledan 
Isinya :
- 5 bh tumpeng putih
- Raka-raka selengkapnya
- kojong rangkadan berisi rerasmen
- Sampyan jeet guak
- Canang

38. Banten Guru
- Jenis jajan dan perlengkapannya sama dengan banten catur hanya saja warna yg digunakan putih saja dan bilangan yg digunakan 8 dan 16 sesuia dengan tingkatan upacara.
- Nasinya berbentuk tumpeng dan pada puncaknya diisi telur itik direbus.
- Ulamnya itik putih maguling
- Cara mengaturnya ; dapat dijadikan satu dan dapat pula dipisahkan antara nasi dan ulam dengan raka-raka memakai alas sendiri-sendiri.
- Banten guru dihaturkan kepada Bhatara Guru (Bhatara Siwa)
- Bila pd upacara besar dengan sanggar pasaksi rong tiga maka Banten Guru diletakkan di tengah bersama Banten Catur yg berwarna putih dan kuning.

39. Banten Panca Saraswati
- Banten ini hamper sama dengan banten Catur, hanya saja perlengkapan satu jajannya berwarna lima yaitu ; putih, merah, kuning, hitam dan brumbun.
Warna brumbun sering digantikan dengan warna putih sehingga dalam banten terdapat 2 jajan berwarna putih, satu di timur dan satu lagi ditengah.
- Pada upacara besar, perlengkapannya akan dipisahkan tiap warna disesuaikan dengan arah namun bila upacara biasa perlengkapannya dijadikan satu tempat kecuali nasi dan rerasmennya
- Banten ini dihaturkan kepada Dewi saraswati.

40. Banten Ghana

- Banten ini hamper sama dengan Banten Guru
- Alasnya memakai tempeh bergambar Ghana dilengkapi dengan tali kubal, sedangkan pd banten guru memakai padma
- Banten Ghana memakai pisang kayu 1 ijas berisi 16 atau 20 direbus sedangkan banten guru tidak ditentukan, asal dipandang suci
- Banten Ghana memakai bantal rinji dibuat secara khusus dari ketan gajih dicampur parutan kelapa gading dibungkus janur kelapa gading serta diikat tali kubal
- Pada upacara besar dilengkapi dengan jajan berbentuk Ghana dan yg menggorengnya adalah pendeta tapi pd banten guru tidak
- Banten Ghana menggunakan bunga gambir, pada banten guru hanya ditentukan warnanya putih
- Banten Ghana tak selalu menyertai banten Catur namun banten Guru selalu
- Banten Ghana menggunakan bendera Ghana , banten Guru tidak
- Banten Ghana ditujukan kepada Dewa Ghana.
- Terdiri dari 2 jenis yaitu Ghana Alit dan Ghana Pikulan. Ghana pikulan digunakan pd upacara besar disertai dengan pamogpog terdiri dari ; beras, kelapa, telur itik, ayam, pisang, gula merah serta buah-buahan serba mentah dan tiap jenis 10 catu, ekor.

Jumat, 27 November 2015

Saraswati

Saraswati dalam Weda (Hindu)


            Saraswati sebagai dewi di dalam hindu, memiliki peran penting dalam perkembangan serta pemahaman hindu bahkan di dunia sendiri. Saraswati diibaratkan sebagai dewi yang menggambarkan pengetahuan. Pengetahuan yang cantik dan indah seperti paras dewi Saraswati dan keibuan yang melindungi serta mengasuh umat manusia. Dalam reg weda dan purana Dewi Saraswati dianggap sebagai dewi pengetahuan dan seni serta dewi kebijaksanaan . Sebagai pemahaman bahwa seni serta ilmu pengetahuan dapat membawa manusia pada kemoksaan (kebebasan) bagi yang meyakininya.

Arti penting dari pengetahuan dapat dilihat pada sloka berikut :

Canakya Niti Sastra Bab IV. Sloka 5 yaitu :

“Ilmu pengetahuan ibaratnya bagaikan kamadhenu, yaitu yang setiap saat dapat memenuhi segala keinginan. Pada saat orang berada di Negara lain, ilmu pengetahuan bagaikan seorang ibu yang selalu memelihata kita. Orang bijaksana mengatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah kekayaan yang rahasia, harta yang tak kelihatan.”

Sebagaimana pula bahwa disebutkan kebodohan adalah musuh dunia,  seperti yang tercantum pada Sarasamuscaya sloka 399, yaitu :

”Hanya satulah yang sesungguhnya yang bernama musuh, tak lain hanya kebodohan saja; tidak ada yang menyamai pengaruh kebodohan itu, sebab orang yang dicengkram kebodohan itu, niscaya, ia akan melakukan perbuatan buruk”.

Selanjutnya Sarasamuscaya 400, disebutkan bahwa :

“Sebab suka duka yang dialami; pangkalnya adalah kebodohan; kebodohan yang ditimbulkan oleh loba (keinginan hati) itu kebodohan asalnya; oleh karenanya kebodohanlah asal mula kesengsaraan itu”

Demikian pula pentingnya ilmu pengetahuan yang terdapat pada Bhagawadgita percakapan IV Sloka (33) dikemukakan :

“ Ilmu pengetahuan sebagai yajna, lebih unggul dari pada yajna material apa pun, wahai Paramtapa (arjuna), karena segala kegiatan kerja tanpa kecuali memuncak pada kebijaksanaan, wahai Partha (Arjuna)”

Selanjutnya dalam Sloka (42) dikemukakan: “ Oleh sebab itu, setelah memotong keragu-raguan dengan pedangnya ilmu pengetahuan (kebijaksanaan) dalam hati yang berasal dari ketidaktahuan,berlindunglah pada yoga dan bangkitlah, wahai Bharata (Arjuna)”.

Maka pengetahuan adalah sebagai pedang yang berharga yang dimiliki untuk memotong keragu-raguan yang berasal dari kebodohan itu sendiri untuk bisa lepas dari kesengsaraan. Yang merupakan harta serta kekayaan yang rahasia dan tidak kelihatan.

Begitu pentingnya pengetahuan itu, maka dewi saraswati dipuja sebagai pengejewantahan Brahman dalam manifestasinya serta sakti dari Dewa Brahma untuk menghormati pengetahuan itu sendiri.  Saraswati berasal dari kata sr yang berarti mengalir dan dalam reg weda disebut sebagai dewi sungai. Dewi Saraswati digambarkan sebagai sosok wanita cantik, dengan kulit halus dan bersih, merupakan perlambang bahwa ilmu pengetahuan suci akan memberikan keindahan dalam diri. Ia tampak berpakaian dengan dominasi warna putih, terkesan sopan, menunjukan bahwa pengetahuan suci akan membawa para pelajar pada kesahajaan. Saraswati dapat digambarkan duduk atau berdiri diatas bunga teratai, dan juga terdapat angsa yang merupakan wahana atau kendaraan suci darinya, yang mana semua itu merupakan simbol dari kebenaran sejati.Dewi Saraswati digambarkan memiliki empat lengan yang melambangkan empat aspek kepribadian manusia dalam mempelajari ilmu pengetahuan: pikiran, intelektual, waspada (mawas diri) dan ego. Di masing-masing lengan tergenggam empat benda yang berbeda, yaitu:

Lontar (buku), adalah kitab suci Weda, yang melambangkan pengetahuan universal, abadi, dan ilmu sejati.
Genitri (tasbih, rosario), melambangkan kekuatan meditasi dan pengetahuan spiritual.
Wina (kecapi), alat musik yang melambangkan kesempurnaan seni dan ilmu pengetahuan.
Damaru (kendang kecil).
Angsa merupakan semacam simbol yang sangat populer yang berkaitan erat dengan Saraswati sebagai wahana (kendaraan suci). Angsa juga melambangkan penguasaan atas Wiweka (daya nalar) dan Wairagya yang sempurna, memiliki kemampuan memilah susu di antara lumpur, memilah antara yang baik dan yang buruk. Angsa berenang di air tanpa membasahi bulu-bulunya, yang memiliki makna filosofi, bahwa seseorang yang bijaksana dalam menjalani kehidupan layaknya orang biasa tanpa terbawa arus keduniawian.

Saraswati sendiri diperingati oleh umat Hindu di Bali pada Saniscara Umanis wuku Watugunung yang dirayakan berselang 210 hari sekali. Hari raya Saraswati adalah hari lahirnya atau turunnya ilmu pengetahuan di dunia. Pada hari Sabtu wuku Watugunung itu, semua pustaka terutama Weda dan sastra-sastra agama dikumpulkan sebagai lambang stana pemujaan Dewi Saraswati. Di tempat pustaka yang telah ditata rapi dihaturkan upacara Saraswati. Upacara Saraswati yang paling inti adalah banten (sesajen) Saraswati, daksina, beras wangi dan dilengkapi dengan air kumkuman (air yang diisi kembang dan wangi-wangian). Banten yang lebih besar lagi dapat pula ditambah dengan banten sesayut Saraswati, dan banten tumpeng dan sodaan putih-kuning. Upacara ini dilangsungkan pagi hari dan tidak boleh  lewat tengah hari.

Menurut keterangan lontar Sundarigama tentang Brata Saraswati, pemujaan Dewi Saraswati harus dilakukan pada pagi hari atau tengah hari. Dari pagi sampai tengah hari tidak diperkenankan membaca dan menulis terutama yang menyangkut ajaran Weda dan sastranya. Bagi yang melaksanakan Brata Saraswati dengan penuh, tidak membaca dan menulis itu dilakukan selama 24 jam penuh. Sedangkan bagi yang melaksanakan dengan biasa, setelah tengah hari dapat membaca dan menulis. Bahkan di malam hari dianjurkan melakukan malam sastra dan sambang samadhi.

Besoknya pada hari Radite (Minggu) Paing wuku Sinta dilangsungkan upacara Banyu Pinaruh. Kata Banyu Pinaruh artinya air ilmu pengetahuan. Upacara yang dilakukan yakni menghaturkan laban nasi pradnyam air kumkuman dan loloh (jamu) sad rasa (mengandung enam rasa). Pada puncak upacara, semua sarana upacara itu diminum dan dimakan. Upacara lalu ditutup dengan matirtha. Upacara ini penuh makna yakni sebagai lambang meminum air suci ilmu pengetahuan

Di dalam upakara yang disebut Banten Saraswati salah satu unsurnya ada disebut jajan Saraswati. Jajan ini dibuat dari tepung beras berwarna putih dan berisi lukisan dua ekor binatang cecak. Mata cecak itu dibuat dari injin (beras hitam) dan di sebelahnya ada telur cecak. Dalam banten Saraswati itu mempunyai arti yang cukup dalam. Menurut para ahli Antropologi, bangsa-bangsa Austronesia memiliki kepercayaan bahwa binatang melata seperti cecak diyakini memiliki kekuatan dan kepekaan pada getaran-getaran spiritual. Jajan Saraswati yang berisi gambar cecak memberi pelajaran bahwa ilmu pengetahuan itu jangan hanya berfungsi mengembangkan kekuatan ratio atau pikiran saja, tetapi harus mampu mendorong manusia untuk memiliki kepekaan intuisi sehingga dapat menangkap getaran-getaran rohani. Dalam lontar Saraswati juga memakai daun beringin. Daun beringin adalah lambang kelanggengan atau keabadian serta pengayoman. Ini berarti ilmu pengetahuan itu bermaksud mengantarkan kepada kehidupan yang kekal abadi. Ilmu pengetahuan juga berarti pengayoman.

Secara jelasnya mantra saraswati yang dapat dirangkum dalam weda adalah sebagai berikut :

“Yaste stanah Sasyo yo mayobhuyemma visva pushyasi. Varyani yo ratnadha vasuvidyah sudatrah. sarasvati tamiha dhatave kah” (Rg-Weda 1. 164. 49). Artinya adalah :  “Oh Saraswati anugrahilah susu kehidupanmu untuk kehidupan di sini yang ada di dalam tubuhmu, yang menaburkan kebahagiaan yang engkau berikan kepada (mereka yang memujamu) dengan semua bendabenda terpilih, ia yang memegang semua benda-benda indah, yang mengetahui kekayaan musuh dan yang menawarkan hadiah-hadiah baik”.

“Pavaku nah Sarasvati vajebhirvajini-vati Yajnam vasthu dhiyavasuh” (Rg-Weda 1.3.10). Artinya : “Mudah-mudahan Dewi Saraswati menjadi penyuci, mudah-mudahan ia yang  memiliki makanan menganugrahkan kepada kami, yang memiliki kekayaan mudah-mudahan menginginkan yajna”.

“Codayitri sunrtanam cetani sumatinam Yajnam dadle saraswati” (Rg-Weda 1.3.13). Atinya : “ Saraswati memberikan inspirasi perbuatan baik dan pikiran baik memegang yajna”.

“Maho arnah Saraswati pra cetayati ketuna Dhiyo visva vi rajati” (Rg-Weda 1.13.12). Artinya :” Saraswati dikenal, melalui gerakan air yang maha besar. Semoga doa pujaan memancarkan cahaya sangat banyak”.

“Sarasvati tvamasmam aviddhi marutvati jeshi Satrun Tyam cicchardhantam tavishiyamanamindro hanti Vrshabham Sandikanam” (Rg-Weda 2.30.8). Artinya : “Oh Sarasvati engkau melindangi kami. Engkau yang dihubungkan dengan para Marut, yang merupakan petarung agung menakiukan musuh-musuh kami. Indra membunuh para Shandika yang kuat yang terkenal yang membenci kami”.

“Vivasema Iyam sush mebhirvisaka ivarujat sanu girinam tavashebhirurmibhih Paratva taghnimavase survrktibhih Sarasvatima dhitibhih” (Rg-Weda 6.61.2). Artinya “Saraswati menghancurkan puncakpuncak gunung dengan arus gelombangnya yang kuat seperti begitu gampangnya menghancurkan kembang-kembang. Kami mengagungkan dia sebagai penghancur gunung-gunung dan memujanya dengan pengabdian yang agung demi perlindungan kami”.

Ekacetat Sarasvati nadinam suciryati giribhya a samudrat” (Rg-Weda, 7.95.2). Artinya “Sarasvati saja yang memiliki vitalitas di antara sungai-sungai dan ia yang paling suci mengalir dari gunung-gunung menuju laut”.

“Imam me gange yamune sarasvati Satudri stomam Sacata parushnya Asikanya marudvrdhe citastayarjikiye Srnutdya Sushomaya” (Rg-Weda 10.75.5). Atinya :” Oh Gangga, Yamuna, Sarsvati, Satudri dengan Parshi, Marudvridhan dengan Asikini; Arjikiya dengan Visastra dan Sushnoma mendengar doa mu.”

“Ayat sakam yasaso vavasnah sarasvati sap tathi sindhumata. Yah sushvayanta sudughah sudhara abhisvena payasa pip yanah” (Rg-Weda 7. 36.6).Artinya “ Mudah-mudahan (sungai) ketujuh, Sarasvati, ibu sungai Sindhu dan sungai-sungai yang mengalir deras dan menyuburkan memberikan makanan berlimpah, dan memberikan makanan (kepada orang-orang) dengan air mereka, datang pada suatu saat bersama-sama.”

Pada hari saraswati, maka mantra atau puja saraswati dilaksanakan pada saat panca sembah setelah melakukan puja kepada ciwa raditya serta kepada Tri purusha. Mantra saraswati yang diucapkan adalah sebagai berikut :

Om, Saraswati namostu bhyam,

Warade kama rupini,

Siddha rastu karaksami,

Siddhi bhawantume sadam.

Artinya : Om Saraswati yang mulia indah, cantik dan maha mulia, semoga kami dilindungi sesempurna-sempurnanya, semoga selalu kami dilimpahi kekuatan.

Itulah pentingnya pengetahuan dalam kehidupan ini. Maka dengan menjadikan saraswati sebagai sarana puja, tercapainya suatu kegunaan dari pengetahuan itu sendiri akan menolong manusia dari kesengsaraan dunia ini. Dan dengan penghormatan serta puja pada Saraswati ini berarti bahwa Hindu menyatakan dirinya sebagai agama yang memberikan ilmu pengetahuan sebagai komponen untuk mencapai suatu tujuan tertinggi, bersatu dengan Brahman sebagai pemilik pengetahuan.



Daftar Pustaka

Kadjeng, I Nyoman dkk. 1997.  Sarasamuscaya dengan teks Bahasa Sansekerta dan Jawa Kuna. Penerbit Paramita Surabaya.

Linggawardanasahajakers. 2009. Saraswati dalam Makna. Pada website https://linggahindusblog.wordpress.com/2009/08/01/saraswati-dalam-makna/

Maswinara, I Wayan. 1997. Srimad Bhagawadgita dalam Bahasa Inggris dan Indonesia . Penerbit Paramita Surabaya.

Oka Mahendra,A.A.2007. Prinsip Dasar. Pada website http: //okamahendra.wordpress.com/l/

Raka Mas, AA. 2011. Ilmu Pengetahuan untuk Kesejahteraan Hidup Umat Manusia menurut Perspektif Hindu. STAH DharmaNusantara Jakarta di website http://stahdnj.ac.id

Wikipedia.____. Saraswati. Pada website http://id.wikipedia.org/wiki/Saraswati

_____.____. Hari Raya Saraswati. Pada website http://www.babadbali/piodalan/srs-wati.html

______.______. Hari Raya Saraswati. Parisada Hindu Dharma Indonesia di Website http://www.parisada.org

_____.______. Hari Raya Saraswati. Hindu Batam di website http://www.hindubatam.com/upacara/dewa-yadnya/hari-saraswati.html


Minggu, 22 November 2015

ORANG SUCI

PENGERTIAN ORANG SUCI AGAMA HINDU

BAB I
PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang
    
     Mengamalkan ajaran dalam kehidupan didunia ini didukung oleh beberapa unsur seperti kitab suci, hari suci keagamaan, orang – orang suci dan tempat suci. Semua unsur/komponen tersebut saling berkaitan dalam membina kehidupan beragama. Pendalaman dan penghayatan agama tidak hanya dapat dilakukan dengan mempelajari ajarannya saja, atau melaksanakan ibadahnya saja ditempat – tempat suci, namun diperlukan orang – orang suci, orang – orang bijaksana untuk menuntun, membimbing, agar tidak terlalu jauh menyimpang dari hakikat ajaran agama Hindu.
Peraturan dalam agama hindu menegaskan bahwa yang mempunyai kewenangan untuk memimpin suatu Yajna Adalah orang suci / orang bijaksana, yang dalam hidupnya telah melakukan peenyucian lahir dan batin melalui suatu upacara padiksan dan pawintenan. Orang yang telah melakukan upacara padiksan dan pawintenan itu dissebut pandita dan pinandita.
Orang – orang suci agama hindu (Pandita - Pinandita) sangat besar perannya dalam kehidupan beragama, dijelaskan dalam pembahasannya meliputi pengertian orang suci dalam agama hindu (Pandita - Pinandita), sasana dan wewenang orang suci dalam agama hindu (Pandita - Pinandita), dan sekulas riwayat singkat orang – orang suci dalam agama hindu di Indonesia.
Orang – orang suci dalam agama hindu sangat besar dan penting perannya dalam kehidupan beragama, membinana umat dan sebagainya. Sejarah agama hindupun telah membuktikan bagaimana peranan para orang – orang suci hindu pada zaman dulu didalam menyebarkan agama hindu, didalam membina kehidupan keagamaan di tengah – tengah masyarakat, dan meneruskan ajaran – ajaran tersebut pada masa berikutnya. Agama hindu yang mendassarkan ajarannya pada pustaka suci Veda, dalam sejarahnya mulai berkembang dilembah sungai Sindu, India. Dilembah sungai inilah salah satu contoh peranan orang – orang Suci Hindu, yakni Rsi Bhagawan Wyasa menerima wahyu dan Ida Sanghyang Widhi Wasa yang kemudian mengabadikan ajaran tersebut dalam bentuk pustaka suci.



1.2     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah yaitu sebagai berikut :

1.2.1    Pengertian Orang Suci (Pandita dan Pinandita)
1.2.2    Sasana dan Wewenang Orang Suci (Pandita dan Pinandita)
1.2.3    Riwayat Singkat Orang Suci Agama Hindu
1.3       Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut :

1.3.1        Untuk Mengetahui Pengertian dari Orang Suci (Pandita - Pinandita)
1.3.2        Untuk Mengetahui Sasana dan Wewenang Orang Suci
1.3.3        Untuk Mengetahui Riwayat Singkat Orang Suci Agama Hindu




BAB II
PEMBAHASAN
2.1       Pengertian Orang Suci (Pandita - Pinandita)
Semua agama yang ada di Indonesia mempunyai orang suci, orang suci tersebut mampu dan berwenang untuk memimpin umat dan memimpin suatu upacara religi. Orang Suci adalah manusia yang memiliki mata batin dan dapat memancarkan kewibawaan rohani, serta mempunyai kepekaan untuk menerina getaran-getaran gaib, dalam penampilannya dapat mewujudkan ketenangan dan penuh welas asih yang di sertai kemurnian lahir dan batin dalam mengamalkan ajaran agama, tidak terpengaruh oleh gelombang hidup suka dan duka.
Didalam kitab suci, Para orang suci hindu disebut Sadhu, Sants, Mahant, atau Bhagavata. Mereka yang mengajarkan pengetahuan keinsafan rohani kepada masyarakat luas juga disebut guru atau Acharya. Orang suci adalah juga Pandita dan Pinandita. Berdasarkan sifat yang khas dapat disebutkan karena kesaktiannya dan kemujizatannya, kesucian perbuatanya serta idealismenya yang demikian patuh pada fungsinya menyebabkan mereka menjadi orang suci. Ciri seperti itu adalah indikator sebagai orang suci, juga ciri lainya, yaitu kemampuan menggubah ayat – ayat suci (sloka – sloka suci) Veda. Ciri dan indikator tesebut menandakan bahwa orang suci dalam agama hindu mempunyai gelar dan fungsi yang berbeda didalam kehidupan keagamaan. Kemampuan dan ciri lainya orang suci memiliki sifat – sifat tertentu, termasuk juga jabatan – jabatan tertentu.
Sebagai umat hindu kita wajib memberikan penghargaan kepada para orang suci tersebut, sehubungan dengan hal itu, wujud penghargaan dan rasa hormat tersebut diantaranya tetuangg dalam ajaran catur guru (guru bakti) mengkhususkan pada guru pengajian, pada ajaran Panca Yajna (lima kurban) yaitu Rsi Yajna (kurban suci kepada para Rsi) dan sebagai realisasi dari ajaran Tri Rna (tiga hutang) yakni pada Rsi Rna (Hutang Kepada Para Rsi). Orang  orang suci yang berjasa dan mengembangkan ajaran agama hindu dapat disebutkan mempunyai beberapa gelar dan fungsi dari orang –orang suci tersebut. Didalam kitab Reg Veda dan kitab – kitab Sruti dan Smerti menyebutkan beberapa gelar yang tergolong orang suci, diantaranya adalah : Rsi atau Maha Rsi, Brahmana, Hotar (Hetri), Udgatri, Purohita, Acarya atau Mahacarya, Bhatari atau Bhatara dan yang lainya.
Semua gelar itu paling banyak disebut - sebut adalah Rsi atau Maha Rsi. Kitab sruti tidak menjelaskan arti “Rsi” itu kecuali menyebutkan gelar penerima wahyu ataupenggubah mantra – mantra yang terdapat dalam sruti itu. Disana sini nama Rsi dikaitkan dengan nama keluarga dan keturunannya sehingga mantra – mantra itu kadang – kadang menjadi sumber informasi mengenai sejarah atau silsilah para Rsi yang dikaitkan dengan permulaan penciptaan alam semesta.
Kitab Purana, seperti Agni Purana secara etimologi menjelaskan arti kata Rsi dan dan arti kata (V) R yang berarti suara. Istilah inidisarkan pada pengertian analogi yang menganggap bahwa Rsi sebagai penerima dan kemudian menyampaikan suara yang diterima dari Tuhan sebagai Wahyu. Veda menyebutkan ada banyak nama – nama Rsi yang terkenal sebagai pemikir dalam ajaran agama hindu. Rsi – Rsi itu diantaranya  Wiswamitra, Wyasa, Kanwa, Agastya, Walmiki dan lain – lain.
Menurut ilmu bahasa kata Rsi berasal dari akar kata “R” yang berarti “suara gaib” yang kemudian berarti “Wahyu” (Revolusi). Semua mantra merupakan “wahyu” sruti sehingga para Rsi yang kedudukanya sebagai penerima wahyu, dikenal dengan Sruta Rsi. Ia juga disebut Satya Rsi karena suara – suara yang disampaikan berasal dari Tuhan Yang Maha Besar, Satya yang berarti kebenaran absolut. Oleh karena itu Rsi yang dalam fungsinya menerima maka para Rsi itupun secara fungsional berkewjiban sebagai : memahami suara, menyampaikan apa yang didengarkan, menulis apa yang didengar dan dimengerti itu.
                                                                                               
Sesuai deengan perkembangan berbagai penguraian istilah, makin jelas bahwa perbedaan antara Rsi – Rsi itu adalah terletak pada perbedaan kualitatif. Tidak semua Rsi sama ahlinya dan jasanya. Karena itu dibedakan pengertian Maha Rsi dan Rsi tanpa predikat keistimewaannya. Selain perbedaan itu, dibedakan dalam tiga kelompokan besar yaitu : Brahma Rsi, Raja Rsi, dan Dewa Rsi. Didalam kitab Purana kelompok Rsi dibagi atas tiga kelompok yaitu :
1.      Brhmarsi (Brahma Rsi) misalnya Wasistha
2.      Rajarsi (Raja Rsi) misalnya Wiswamitra
3.      Dewarsi (Dewa Rsi) misalnya kasyapa
Pembagian kelompok Rsi tersebut terdapat pula pengertian lain yang kalau ditelusuri lebih jauh tidak hanya merupakan fungsi, misalnya yang disebut satya Rsi, Sruta Rsi dan Yang lainnya, semuanya ini disebut Maha Rsi untuk membedakan dari Rsi – Rsi yang timbul kemudian, dan semua jenis Rsi diatas merupakan induk karena kemudian dari kelompok – kelompok itu akhirnya berkembang berbagai jenis Rsi.
Seorang brahma Rsi pada hakikatnya bertugas mengembangkan, mempelajari dan mengembangkan catur Veda, Dharma sastra, Sadangga Veda, Mimansa dan Nyayasasstra. Dengan penguasaan ilmu yang mengkhususkan dalam bidang itu maka sifat dan fungsinya sebagai maha Rsi dapat dipertahankan. Ini tidak berarti kelompok kedua Rsi lainya dapat mengabaikanya, melainkan cukup bila mereka tau walaupun tidak terlalu mendalami sekali.
Kelompok kedua Raja Rsi juga berasal dari brahma Rsi. Raja Rsi diberikan tugas untuk memelihara dunia, dalam artian usahanya memberikan perlindungan , memerintah sebagai kepala negara, maka kedudukan mereka tidak lagi sebagai brahma Rsi tetapi menjadi raja Rsi.
Ada juga yang disebut dengan dewa Rsi. Kelompok ini juga berasal juga dari berahma Rsi, hanya saja kemudian berfungsi untuk menjadi pengaruh para dewa. Dewa Rsi yang terkenal antara lain adalah Narada dan parwata. Secara mertologis juga dikemukaan bahwa yang disebut dengan dewa Rsi adalah Rsi yang karena kelahiranya berasal dari kelompok dewa-dewa. Sebagai contohnya adalah Narayana. Semua para maha Rsi itu berkewajiban untuk membertahankan sifat keresianya. Sifat-sifat itu meliputi: dirghayusa (panjang umur), matikerti(mampu melaksanakan keingginan), siddaiswarya (sempurna sejak dalam kandungan), Diwya caksu (mampu mengetahui jauh atau dekat, masa dulu maupun masa yang akan datatang), Prtyaksa darmanah (menjadi karena pengetahuan prakyaksa pengetahuan langsung), Gotraprawartaka (mempunyai keturunan), Satkarmanirala (tidak terhalang melakukan yadnya). Silinah (berpegang teguh dengan kesusilaan) , Cramedina (gemar dalam tugas rumah tangga dan tidak takut pada makan sedarhana).
Jika kesembilan tugas itu dipegang dengan tegguh dan dilaksanakan oleh seorang Rrsi maka ia dapat mempertahankan sifat ke-rsinnya. Dan itu pula menyebabkan ia dikenal terus menerus sebagai seorang maha rsi. Hal itu pula menjadi latar belang seorang yang telah didiksa atau diwinten menjadi rsi atau menjadi orang suci harus berpegang teguh kepada brata (pantangan-pantangan) yang diwajibkan. Pantangan tau brata itu adalah suwatu kewajiban dalam usaha untuk mengembangkan kesusilaan dan kekuatan batinya agar tetap mampu memelihara kesucin baik lahir maupun batin ataupun kesucian pikiran, perbuatan dan upacara.
Kitab Brahma Purana, menyebutkan kelompok dan jenis Rsi secara lebih terperinci antara lain:
1.      Rsi diwilayah timur yaitu: Wiswamitra, Yawakrta, Raibhya, Kanwa dan Gangga. Penunjukan wilayah timur, mungkin bagian darin india timur seperti daerah banggala, yang nama-namanya tersebar sampai keindonesia yaitu Wiswamitra dan kanwa.
2.      Rsi diwilayah selatan: Dattatreya, Namuci, Pramuci, Walmiki, Soma, Kimdu dan Agastia. Penunjukan wilayah selatan diantaranya daerah dekkan samapai pada ujung pantai selatan. Hubungan indonesia denggan india selatan sangat banyak pada jaman prasejarah itu , tidak mengherankan kalau nama-nama seperti Agastia dan Walmiki sangat terkenal diindonesia.
3.      Rsi diwilaha barat yaitu : Kamnya, Kawisa, Wrsango, Narada, Wama Dewa, Sambari Atrawaktra, Suka, Bhrgu, Lomasa dan Mudgalya. Dari daerah wilayah banal ada kaitanya dengan penyebaran Kafilah dan daerah Hindu dengan membawa nama Bagawan Bhrgu dengan penyebaran utama di wilayah sumatra. Wilayah barat ini sebagai wilayah penyebaran Mahabhrata, karenanya terbawa pula nama-nama Rsi terkemuka di Mahabhrata.
4.      Rsi diwilayah utara yaitu: Kasyapa , Wasista, Atri, Gautama, Yamadakni, Bharatwaja dan sanaka. Dari semua nama itu yang banyak berhubungan dengan penyebaran agama Hindu diindonesia adalah Kasyapa, Wasista, Gautama dam Rsi Bharatwaja. Penyebaran ke indonesia bersamaan pula dengan penyebaran melalui wilayah timur maupun selatan sebagai dua arus jalan penyebaran agama Hindu.
Disamping pengelompokan resmi menurut wilayah atau daerah, dapat pula dikelompokan menurut kedudukan atau fungsinya yaitu: Srula Rsi, Salya Rsi, Brahma Rsi, Dewa Rsi, Tapa Rsi dan raja Rsi. Ada empat sifat yang menyebabkan Rsi penting artinya bagi kehidupan umat Hindu yaitu:
1.      Widya atau ilmu
2.      Satya atau kejujuran , kebenaran.
3.      Tapa atau pengendalian diri.
4.      Sruta atau penerimaan wahyu.
Keempat sifat ini memperluas fungsi dan kedudukanya dalam perkembangan kehidupan dan pembinaan umat hindu. Pekembangan selanjutnya terutama pada dekade pembangunan sekarang ini baik diindonesia atau pun di Bali pengertian Orang Suci dipegunakan Pandita dan Pinandita.
Pandita dalam bahasa sangsekerta berarti orang pandai, cendikiawan, bijakssana, sarjana, sujana, pendeta. Yang dimaksud dengan pandita adalah pendeta, seorang rohaniawan hindu yang telah madwijati melalui upacara diksa. Dwijati adalah lahir dua kali pertama lahir atau dilahirkan dari seorang ibu.  Dan kedua dilahirkan pula dan diakui anak oleh seorang guru pengajian (nabhe). Sedangkan Diksa adalah penyucian seorang welaka menjadi Pandita. Upacara penyucian ini selain ritual ada juga ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan olah PHDI (Parisada Hindu Dharma Indonesia). Pandita dibali sering disebut dengan sulinggih, memiliki brata-brata tertentu untuk melaksanakan yang patut di taatinya dalam hidupnya.
Upacara Diksa bukan lah sekedar merupakan upacara perubahan status belaka dari seorang walaka menjadi sulinggih. Di dalam upacara itu terkandung makna yang medalam mennai hubungan batin antara guru nabhe dengan sisyanya (calon diksita). Upacara diksita merupakan salah satu cara untuk meningkatkan diri dari pase kehidupan yang belum sempurna menuju kehidupan baru dalam dunia yang lebih sempurna. Pada kenyataanya orang yang telah didwijati diberikan bebaagai sebutan tergantung ada ketentuan keluarga dan wangsanya. Ada yang disebut dengan Pedande, Rsi , Bagawan, Bujangga, Empu dan Dukuh. Semua dwijati itu memiliki kedudukan sejajar dalam pandangan agama hindu. Keseluruhanya termasuk Pandita karena semua gelar dwijati itu baru boleh dipakai setelah melalui proses upacara Diksa. Didalam yajur weda XX, 25 di uraikan tentang diksa itu sebagai beikut:
Dengan melaksanakan brata seseorang akan memperoleh diksa, dengan melakukan diksa, seseorang akan memperoleh daksina, dengan daksina seseorang melaksanakan sraddah, dan dengan sraddah seseorang akan memperoleh satya.
            Brata adalah suatu janji diri untuk melaksanakan pantangan – pantangan keagamaan agar mendapat kesucian rohani. Diksa artinya telah memperroleh kesucian atau Dwijati. Daksina adalah pendapatan yang suci karena didapatkan dari perbuatan yang suci dan terhormat. Sraddha artinya keyakinan atau keikhlasan untuk mengabdi kepada Ide Sanghyang Widhi Wasa. Satya artinya kebenaran tertinggi.
            Berbeda dengan Pandita, Pinandita adalah seorang rohaniawan hindu tingkat Ekajati. Seorang calon Pinandita tidak didiksa melainkan diwinten. Dengan demikian statusnya berbeda dengan Pandita. Pada umumnya seseorang yang telah melakukan upacara  Pawintenan memiliki sebutan tertentu, untuk dibali disebut dengan Pemanggku. Pemangku adalah Rohaniawan hindu yang tergolong pada tingkatan ekajati. Ekajati dalam bahasa Sansekerta berarti hanya lahir sekali. Lahir atau dilahirkan dari kandungan ibu.
2.2  Sasana dan Wewenang Orang Suci (Pandita dan Pinandita)
            Seseorang yang telah didiksa, maka ia berstatus sebagai orang suci atau dibali sering disebut sulinggih. Diberi gelar sesuai dengan wangsanya atau keturunannya dan mempunyai wewenang ngelokapalacraya. Sebelum puncak acara diksitadilakukan , terlebih dahulu seorang calon harus mempersiapkan diri lahir dan batin. Diantara persiapan itu adalah melakukan vedadyana dan vedaraksana yaitu mempelajari veda dan menjaga veda. Disamping itu juga melakukan tirtayatra kepura – pura Kahyangan Jagad dan Dang Kahyangan untuk menyucikan diri.
            Secara Resmi calon diksita itu diuji oleh penguji Parisada Hindu Dharma Indonesia mengenai pengetahuan agama dan pengetahuan umum lainnya yang akan menunjang tugas – tugas Diksita nanti. Proses diksita berikutnya dilakukan oleh tiga orang guru yang kesemuanya adalah Pandita yang cukup senior, baik pengalaman, usia ataupun penguasaannya pada agama. Ketiga Pandita itu adalah Guru Nabhe, yaitu pandita yang akan memimpin dan bertnggungbjawab tehadap proses pendiksaan itu. Guru nabhe inilah yang akan napak calon diksita sehingga menjadi dwijati ataupun pandita guru. Yang kedua adalah guru Wakira yang mengajar calon diksita tentang segala ilmu pengetahuan, yang harus dikuasai oleh seorang diksita. Guru yang ketiga adalah guru saksi, yaitu pandita yang bertugas sebagai saksi tentang segala proses pandiksitaan. Pentingnya guru saksi ini adalah untuk benar – benar menjadi saksi bahwa segala proses pendiksaan, yang dipimpin pleh guru nabhe berjalan sesuai sastra dan ketentuan – ketentuan yang berlaku untuk itu. Guru saksi juga wajib mengetahui segala proses belajar yang diberikan oleh guru waktra.
            Ada empat kegiatan Yang paling penting diketahui yang juga merupakan bagian dari proses diksita yaitu sebagai berikut :
dilakukannya kegiatan amati raga, amati aran, amati sasana dan amati wesa oleh calon diksita.
1.      Amati raga yang dimaksud adalah secara simbolis calon diksita dianggap dilepaskan badan kasarnya dan kemudian akan lahir kembali sebagai dwijati dengan badan yang baru.
2.      Amati aran artinya bahwa dalam upacara diksa ini calon diksita mengganti nama welakanya dengan nama sulinggihnya. Hal ini juga dari proses lahir yang kedua tentu dibarengi dengan nama baru. Misal namanya Ida Bagus Putra, setelah melalui upacara diksa namanya menjadi Ide Pedanda Ngurah.
3.      Amati sasana artinya sasana sewaktu welaka tidak boleh dilakukan lagi setelah menjadi sulinggih. Misalnya waktu welaka boleh melakukan jual beli atau kegiatan ekonomi, tetapi setelah menjadi sulinggih kegiatan tersebut tidak boleh lagidilakukan.
4.      Amati wesa artinya, atribut waktu welaka diganti dengan atribut sulinggih. Misalnya, busana welaka harus diganti dengan busana sulinggih. Tidak hanya pakean melainkan perilaku, sikap, termasuk warna pakean, yang mengarah pada kesucian.
Calon diksita harus berumur berkisar antara 40 sampai 60 tahun. Puncak upacara padiksan adalah calon diksita “ditapak” oleh guru Nabhe dengan meletakan telapak kaki nabhe diatas kelapa calon diksita, usai upacara penapakan selanjutnya calon diksita resmi menjad  “Dwijati atau Pandita” setelah itu yang bersangkutan berhak untuk melakukan ke alam lokapalasraya, untuk melakukan hal ini dilakukan pula upacara beberapa hari setelah upacara diksa. Upcara lokapalasraya pertama kali dilakukan dengan upacara ngalinggihang “Veda” bertempat pamerajan diksita dan disaksika oleh guru waktra dengan gumi saksi. Setelah itu dilanjutkan tirtayatra kepura – pura Padarman yang berangkutan. Dengan selesainya upacara ngalinggihang Veda sulinggih yang bersangkutan sudah boleh melaksanakan lokapalasraya seperti : nibakang dewasa (memberi hari baik dan buruk kepada umat) atau muput suatu upacara yadnya.
Menjadi seorang sulinggih, calon diksita harus memenuhi beberapa persyaratan yang ditetapkan yaitu sebagai berikut :
1.      Laki – laki yang sudah berumah tangga atau laki – laki yang nyukla brahma cari
2.      Wanita yang sudah berumah tangga atau wanita yang tidak kawin (kanya)
3.      Pasangan suami istri yang sah
4.      Sehat dan bersih secara lariah termasuk tidak cacat jasmani (cedangga)
5.      Sehat dan bersih secara batiniah, tidak menderita penyakit saraf atau gila
6.      Berpengetahuan luas meliputi pengetahuan umum, paham terhadap bahasa kawi, sansekerta, indonesia, memahami masalah wariga, tattwa, sasana – sasana dan yadnya
7.      Memiliki efiliasi sosial yang baik yakni berkelakuan baik dan bijaksana terhadap sesama, alam dan pemerintahan serta tidak tersangkut masalah kriminal dan supersif
8.      Lulus diksapariksa yang dinyatakan dengan surat oleh pengurus PHDI Kabupaten / provinsi setempat
9.      Sudah mempunyai calon nabhe yang akan menyelesaikan (muput) upacara padiksa
Seorang pandita mempunyai wewenang untuk memimpin upacara yadnya, kewenangan ini dimuat dalam lontar Bhisma parwa, Udyoga parwa, Bhomantaka, Brahsasana, dan sila krama. Dalam lontar Udyoga parwa menyebutkan karma pandita telah memiliki ilmu kerohanian yang sempura dan tinggi, maka beliaupun dapat menyempurnakan pihak lain seperti melakukan dengan memimpin suatu upacara yadnya. Dan dalam kitab Sila Krama ditekankan bahwa para pandita hendaknya dapat menguasai dan melaksanakan ajaran yama nyama brata, dimuat sebagai berikut :
Madatamcchenna piweeca madyam
Pranna hinsenna wadecca mithyam,
Prasya daran imanasapi  necched
Tah swargatnicched grhawat prawestu
(Sarasamuccaya, 19256)
Artinya : dan lagi jangan hendaknya mengambil kalau belum ada perjanjian, jangan engkau minum – minuman yang memabukan, jangan melakukan pembunuhan, jangan berdusta dalam kata – kata, jangan menginginkan istri orang lain jika bermaksud pulang kesurga.
Untuk tetap menjaga kesucian seorang pandita harus pula memperhatikan larangan yang tidak boleh dikunjungi.  Tempat – tempat yang terlarang bagi seorang pandita, yakni tidak boleh mengunjungi orang yang mempunyai pekerjaan hina seperti rumah tukang jagal (potong hewan), terrlebih lagi makan bersama dirumah tukang jagal tersebut. Demikian pula seorang pandita tidak boleh duduk ditempat perjudian, atau segala jenis permainan yang ada taruhannya, dan beberapa tempat larangan lainya.
Antara Pandita dengan Pinandita juga mempunyai status dan wewenang yang berbeda termasuk pula sesananya. Seorang pinandita adalah seorang rohaniawan hindu tingkat ekajati. Kelahiran sekali tidak didiksa melainkan diwinten. Setelah melalui upacara pawintenan, seorang pinandita dapat menyelesaikan upacara yadnya tetentu, atau biasanya pada pura tertentu khususnya pura yang di emongnya (menjadi tanggung jawabnya). Demikian pula untuk upacara purnama tilem dan upacara – upacara keagamaan lainnya bisa dan diselesaikan oleh pinandita. Pada umumnya dibali pinandita ini adalah pemangku. Namun apabila ada upacara – upacara besar seperti upacara – upacara padudusan Agung disebuah pura, atau melakukan tawur dan sebagainya harus diselesaikan oleh seorang pandita, demikian pula sebagai contoh dalam upara purnama dalam umat hindu bali, selain oleh pinandita dipuput juga oleh pandita. Demikian juga pada upacara persembahyangan tertentu disebuah pura dapat pula dipuput oleh pinandita (pemangku) hanya menangani salah satu tempat suci saja. Untuk hal ini misalnya : Pemangku Pura Desa atau Pemangku Pura Dalem dan Pura Puseh. Ketiga pemangku ini mempunyai tanggung jawab penuh terhadap pura yang diamongnya. Karena perbedaan status, sasana dan wewenang, maka persyaratan pinandita agak lebih longgar jika dibandingkan dengan persyaratan untuk menjadi pandita. Persyaratan yang perlu diperhatikan untuk menjadi seorang pinandita antara lain :
1.      Laki – laki atau wanita yang sudah berumah tangga
2.      Laki – laki / wanita yang mengambil brata sukla brahma cari
3.      Pasangan suami istri
4.      Bertingkah laku yang baik dalam kehidupan sehari – hari
5.      Berhati suci dan berperilaku yang suci
6.      Taat dan melasanakan ajaran agama dengan baik
7.      Mengetahui ajaran – ajaran agama (wruh ring utpati, sthiti,pralinaning sarwa dewa)
8.      Tidak menderita penyakit saraf atau gila
9.      Suka mempelajari/ berpengetahuan di bidang kerohanian
10.   Dapat persetujuan dari masyarakat  setempat
11.  Mendapat pengesahan dari PHDI setempat (Kabupaten / Provinsi)
2.3 Riwayat Singkat Orang Suci Agama Hindu
            Para Rsi dalam agama hindu yang berhasil menerima wahyu dari Ide Sanghyang Widhi Wasa penting diketahui oleh generasi pewaris Agama Hindu, dan berikut akan diuraikan tentang ketujuh Para Maha Rsi yang menerima wahyu dari Ide Sanghyang Widhi Wasa antara lain  :
1.      Grtsamada, tentang sejarah kehidupan maha Rsi Grtsamada tidak banyak diketahui, namun demikian Rsi Grtsamada telah berhasil menerima wahyu (sruti) tentang ayat – ayat suci Veda, yang kemudian dihimpunnya dalam Reg Veda terutama dalam mandala II.
2.      Wiswamitra, Maha Rsi Wiswamitra adalah maha Rsi yang kedua menerima wahyu. Wahyu ayat – ayat suci yang diterima itu kemuadian dihimpun dalam Reg Veda pada mandala III. Nama maha Rsi Wiswamitra banyak disebut – sebut dalam sejarah Agama hindu.
3.      Wama Dewa, dalam cerita disebutkan bahwa Maha Rsi Wama Dewa sejak berada dalam kandungan ibunya telah mencapai penerapan sempurna, yaitu mampu berdialog Dengan Deva Indra dan Aditi. Beliau juga telah menerima waahyu ayat – ayat suci (sruti) dan menghimpunnya dalam Reg Veda pada mandala IV.
4.      Atri, maha Rsi Atri menerima wahyu Veda yang dihimpun dalam Reg Veda pada mandala V. Sejarah dan riwayat maha Rsi Atri tidak banyak diketahui.
5.      Bhradwaja, nama Bhradwaja sebagai tokoh Maha Rsi hanya disebut – sebut dalam Purana dan Ramayana (Ayodya Kanda) Rsi Bharadwaja adalah putra Maha Rsi Atri, dan banyak dihubungkan dengan Riwayat Hidup Walmiki. Maha Rsi Baradwaja  menerima kitab suci Veda dan kemudian dihimpun dalam Reg Veda mandala VI. Maha Rsi ini disebutkan bersemayam dipertapaan Citrakuta dimana Rama dan Laksamana (dalam cerita Ramayana) pernah tinggal untuk sementara.
6.      Wasistha, Telah menerima wahyu ayat – ayat Suci Veda yang kemudian dihimpun dalam ayat – ayat Reg Veda dalam mandala VII. Didalam cerita Mahabharata, nama Rsi Wasistha sama terkenalnya dengan nama Maha Rsi Wiswamitra.
7.      Kanwa, Maha Rsi Kanwa merupakan maha Rsi yang ketujuh dalm menerima wahyu Veda dan wahyuyang telah diterima kemudian dihimpun dalam ayat – ayat Reg Veda mandala VIII. Maha rsi kanwa inilah yang ceritanya banyak disebut dalam kisah cintanya Sakuntala. Dimana dalam kisah itu Maha Rsi Kanva yang menunggu dan memelihara serta membesarkan bayi perempuan yang kemudian nanti diberinama Sakuntala.
Selain Sapta Rsi penerima wahyu Veda, ada juga beberapa maha rsi yang dalam kehidupan agama Hindu dikenal dan disebut – sebut dalam kitab suci karena peran dan jasanya diantaranya adalah :
1.      Bhagawan Bhrgu, adalah seorang Maha Rsi yang didalam kitab Purana dianggap sebagai putra Brahma dan sebagai pendiri dari warga atau bangsa beliau yang disebut bangsa Bhagawan.
2.      Rsi Agastya, dalam Penyebaran agama hindu Rsi Agastia adalah terkenal jasa – jasanya. Menurut Kitab suci Purana dan Mahabharata beliau lahir dikasi (Beranes) sebagai penganut siwa yang taaat. Beliau dikatakan sebagai pemegang obor yang memberi penerangan suci didaerah pelosok. Beliau meninggalkan kota Kasi menuju keselatan sebagai darmadutha menyebarkan Agama Hindu.
3.      Bhagawan Brhaspati, menurut beberapa kitab purana Bhagawan Braspati adalah putra Bhagawan Angirasa (Angira). Bhagawan Angira terkenal sebagai orang suci, Manasaputra itu diciptakan oleh Brahma melalui pikirannya. Nama – nama Mana Saputra dan Dewa Brahma antara lain Marici, Bhregu, Angira, dan lain – lain.
4.      Mpu Tantular, adalah seorang Rsi yang tinggi Pribadinya dan juga seorang pujangga besar Hindu, hasil karyanya banyak tersebar, satu diantaranya yaitu Sotasoma. Karya ini menggambarkan bahwa Ide Sanghyang Widhi Wasa satu bukan dua, sekalipun ada yang mengatakan Siva dan Budha. Mpu tantular adalah putra dari Mpu Bahula, cucu dari Mpu Bharadah yang saudara kandung dengan Mpu Kuturan. Mpu Tantular memiliki empat putra yaitu : Mpu Kanawawika, Mpu Asmaranatha, Mpu Sidhimantra, dan Mpu Kepakisan, Mpu yang terakhir merupakan leluhur dari Dalem Waturenggong. Kerajaan Gelgel di Bali.
5.      Mpu Kuturan, didalam cerita calon Arang, disebutkan seorang tokoh yaitu Mpu Kuturan. Beliau hidup di Zaman kerajaan Erlangga. Mpu Kuturan ini memiliki saudara kandung yaitu Mpu Bharadah.  Kedua Mpu ini adalah penasehat Raja Erlangga.
6.      Mpu Bharadah, adalah adik kandung Mpu Kuturan. Nama Mpu Bharadah sangat harum baik dalam tulisan – tulisan sejarah kehidupan Agama Hindu di Nusantara. Mpu Bharadah sendiri pernah datang ke Bali. Hal ini dapat dibuktikan dengan disebutnya Nama Mpu Bharadah pada Batu bertulis yang terdapat dipura batumadeg di Besakih tahun 1007.
7.      Dang Hyang Astapaka, adalah Seorang Pandita Budha yang datang dari Majapahit ke Bali. Beliau menyebrang dari blambangan Jawa Timur dengan mengendarai  Perahu menuju daerah Bali Timur. Dalam perjalanan beliau sempat singgah di pulau Serangan ( di sebelah selatan Pula Bali) dan kemudian di tempat tersebut didirikan sebuah pura bernama  Pura Sakhyana yang berarti tempat Sakhyamuni atau Budha.
8.      Dang Hyang Markandeya, adalah orang yang Pertama kali datang ke Bali untuk menyebarkan agama Hindu. Dang Hyang Markandya adalah putra dari Pasangan Sang Mrakanda dengan Dewi Manaswini, dan merupakan cucu dari sang Niata. Beliau berasal dari Jawa Timur. Memiliki Pasraman di kaki Gunung Rawung yang sebelumnya melaksanaan pertapaan digunung raung wilayah sekitar Pegunungan Dieng.
9.      Dang Hyang Dwijendra, adalah seorang Pandita Hindu beliau sangat dihormati di Bali karena kesuciannya, keunggulan budinya, ketinggian rohaninya, karena jasa – jasa dan pengabdian beliau terhadap agama Hindu. Memberikan kesejahteraan rohani dan mengatasi kesengsaraan hidup.
Dang Hyang Dwijendra berasal dari Jawa Timur yakni Kerajaan Majapahit. Dang Hyang Asmaranata adalah nama ayah beliau. Dang Hyang Dwijendra dijadikan menantu oleh Danghyang Penataran di Daha. Di Daha Dang Hyang Dwijendra mengadakan Dharma Yatra (Perjalanan Suci) ke Arah Timur menuju Pasuruan.
            Dang Hyang Dwijendra sangat terkenal karena pengabdiannya dalam pembinaan umat hindu di Indonesia terutama di Lombok, Jawa, Bali dan Sumbawa. Hal ini diwujudkan karena perjalanan Sucinya (Tirta Yatra). Di Bali beliau mendapat gelar Pendeta Sakti Wauh Rauh dan Dang Hyang Nirata. Di Lombok dengan Gelar Pangeran Sangupati dan di Sumatra dengan gelar Tuan Semeru. Untuk mengingatkan Pendalaman Agama beliau mendirikan beberapa Pura diantaranya : Pura Purancak, Rambut Siwi, Pilaki, Batu Klotok, Mesceti, Ulu Watu, Pati Tenget, Tanah Lot, Air Jeruk dan Pojok batu. Juga Pura Suranadi di Lombok. Serta sebagai cikal bakal lahirnya Brahmana Siwa yang ada di Bali. Beliau moksa di pura Ulu Watu, Badung.














BAB III
PENUTUP
1.1  Kesimpulan
1.      Orang Suci adalah manusia yang memiliki mata batin dan dapat memancarkan kewibawaan rohani, serta mempunyai kepekaan untuk menerina getaran-getaran gaib, dalam penampilannya dapat mewujudkan ketenangan dan penuh welas asih yang di sertai kemurnian lahir dan batin dalam mengamalkan ajaran agama, tidak terpengaruh oleh gelombang hidup suka dan duka.
2.      Orang suci adalah juga Pandita dan Pinandita. Berdasarkan sifat yang khas dapat disebutkan karena kesaktiannya dan kemujizatannya, kesucian perbuatanya serta idealismenya yang demikian patuh pada fungsinya menyebabkan mereka menjadi orang suci.
3.      Ada empat sifat yang menyebabkan Rsi penting artinya bagi kehidupan umat Hindu yaitu: Widya atau ilmu, Satya atau kejujuran/kebenaran, Tapa atau pengendalian diri, Sruta atau penerimaan wahyu.
4.      Di Bali pengertian Orang Suci dipegunakan Pandita dan Pinandita. Pandita dalam bahasa sangsekerta berarti orang pandai, cendikiawan, bijakssana, sarjana, sujana. Yang dimaksud dengan pandita adalah pendeta, seorang rohaniawan hindu yang telah madwijati melalui upacara diksa. Sedangkan Seorang pinandita adalah seorang rohaniawan hindu tingkat ekajati seperti pemangku.
5.      Ada Tujuh Maha Rsi yang berhasil menerima wahyu Veda dari Ide Sanghyang Widhi Wasa yaitu : Rsi Grtsamada, Wiswamitra, Wama Dewa, Atri, Bhradwaja, Wasistha, dan Kanwa.
6.      Selain Sapta Rsi penerima wahyu Veda, ada juga beberapa maha rsi yang dalam kehidupan agama Hindu dikenal dan disebut – sebut dalam kitab suci karena peran dan jasanya diantaranya adalah : Bhagawan Bhrgu, Rsi Agastya, Bhagawan Brhaspati, Mpu Tantular, Mpu Kuturan, Mpu Bharadah, Dang Hyang Astapaka, Dang Hyang Markandeya, dan Dang Hyang Dwijendra.                  


1.2  Saran
Para Orang Suci hendaknya selalu menjaga kesucian dan selalu berperan aktif dalam menyebarkan ajaran Veda, serta senantiasa selalu ikhlas dalam melayani umat (ngeloka pala sraya).
Bagi seluruh umat Hindu Hendaknya menghormati dan menjalankan ajaran - ajaran dari Para Orang Suci.



DAFTAR PUSTAKA

Susila, I Nyoman, DKK. 2009. Acara Agama Hindu. Jakarta : Departemen Agama RI.
Supriadi, Ida Bagus. 2004. Buku Pelajaran Agama Hindu. Surabaya : Paramita
http://blogspot.com/2012/11/orang-suci-Hindu. (Diakses pada tanggal 20 Oktober 2014)